Ringkasan
Novel: AZAB DAN SENGSARA
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka
Aminuddin
adalah anak Baginda Diatas, seorang kepala
kampong yang terkenal kedermawanan dan
kekayaannya. Masyarakat disekitar Sipirok amat segan dan hormat kepada keluarga
itu. Adapun Mariamin, yang masih punya
ikatan dengan keluarga itu, kini tergolong anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin almarhum, sebenarnya termasuk
keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa hidupnya terlalu
boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal dalam keadaan
demikian.
Bagi Aminuddin, kemiskinan keluarga
itu tidaklah menghalanginya unuk tetap bersahabat dengan Mariamin. Keduanya
memang sudah berteman akrab sejak kecil dan terus meningkat hingga dewasa.
Tanpa terasa benih cinta kedua remaja itu pun tumbuh subur. Belakangan, mereka
sepakat untuk hidup bersama, membina rumah tangga. Aminuddin pun berjanji
hendak mempersunting gadis itu jika kelak ia sudah bekerja. Janji pemuda itu
akan segera dilaksanakan jika ia sudah mendapat pekerjaan di Medan. Aminuddin
segera mengirim surat kepada kekasihnya bahwa ia akan segera membawa Mariamin
ke Medan.
Berita itu tentu saja amat
menggermbirakan hati Mariamin dan ibunya yang memang selalu berharap agar
kehidupannya segera berubah. Setidak-tidaknya, ia dapat melihat putrinya hidup
bahagia.
Niat Aminuddin itu disampaikan pula
kepada kedua orang tuanya. Ibunya sama sekali tidak berkeberatan. Bagaimanapun,
almarhum ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri. Maka, jika putranya
kelak jadi kawin dengan Mariamin, perkawinan itu dapatlah dianggap sebagai
salah satu usaha menolong keluarga miskin itu.
Namun, lain halnya pertimbangan
Baginda Diatas, Ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani,
ia ingin agar anaknya beristrikan orang yang sederajat. Menurutnya, putranya
lebih pantas kawin dengan wanita dari keluarga kaya dan terhormat. Oleh karena
itu, jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan
merendahkan derajat dan martabat dirinya. Itulah sebabbya, Baginda Diatas
bermaksud menggagalkan niat putranya.
Untuk tidak menyakiti hati istrinya,
Baginda Diatas mengajaknya pergi ke seorang dukun untuk melihat bagaimana nasib
anaknya jika kawin dengan Mariamin. Sebenarnya, itu hanya tipu daya Baginda
Diatas. Oleh karena sebelumnya, dukun itu sudah mendapat pesan tertentu, yaitu
memberi ramalan yang tidak menguntungkan rencana dan harapan Aminuddin.
Mendengar perkataan si dukun bahwa Aminuddin akan mengalami nasib buruk jika
kawin dengan Mariamin, ibu Aminuddin tidak dapatberbuat apa-apa selain menerima
apa yang menurut suaminya baik bagi kehidupan anaknya.
Kedua orang tua Aminuddin akhirnya
meminang seorang gadis keluarga kaya yang menurut Baginda Diatas sederajat
dengan kebangsawanan dan kekayaannya. Aminuddin yang berada di Medan, sama
sekali tidak mengetahui apa yang telah dilakukan orang tuanya. Dengan penuh
harapan, ia tetap menanti kedatangan ayahnya yang akan membawa Mariamin.
Selepas peminangan itu, ayah
Aminuddin mengirim telegram kepada anaknya bahwa calon istrinya akan segera
dibawa ke Medan. Ia juga meminta agar Aminuddin menjemputnya di stasiun.
Betapa sukacita Aminuddin setelah
membaca telegram ayahnya. Ia pun segera mempersiapkan segala sesuatunya. Ia
membayangkan pula kerinduannya pada Mariamin akan segera terobati.
Namun, apa yang terjadi kemudian
hanyalah kekecewaan. Ternyata, ayahnya bukan membawa pujaan hatinya, melainkan
seorang gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia
harus patuh pada orang tua dan adapt negerinya. Aminuddin tidak dapat berbuat
apa-apa selain menerima gadis yang dibawa ayahnya. Perkawinan pun berlangsung
dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Berat hati pula ia
mengabarkannya pada Mariamin.
Bagi Mariamin, berita itu tentu saja
sangat memukul jiwanya. Harapannya musnah sudah. Ia pingsan dan jatuh sakit
sampai beberapa lama. Tak terlukiskan kekecewaan hati gadis itu.
Setahun setelah peristiwa itu, atas
kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki
yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya. Ibunya hanya tahu, bahwa Kasibun
seorang kerani yang bekerja di Medan. Menurut pengakuan lelaki itu, ia belum
beristri. Dengan harapan dapat mengurangi penderitaan ibu-anak itu, ibu
Mariamin terpaksa menjodohkan anaknya dengan Kasibun. Belakangan diketahui
bahwa lelaki itu baru saja menceraikan istrinya hanya karena akan mengawini
Mariamin.
Kasibun kemudian membawa Mariamin ke
Medan. Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir. Suaminya
ternyata mengidap penyakit berbahaya yang dapat menular bila keduanya melakukan
hubungan suami-istri. Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya
ingin berhubungan intim dengannya. Akibatnya, pertengkaran demi pertengkaran
dalam kehidupan rumah tangga itu tak dapat dihindarkan. Hal yang dirasakan
Mariamin bukan kebahagiaan, melainkan penderitaan berkepanjangan. Tak
segan-segan Kasibun menyiksanya dengan kejam.
Dalam suasana kehidupan rumah tangga
yang demikian itu, secara kebetulan, Aminuddin dating bertandang. Sebagaimana
lazimnya kedatangan tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa
prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatangan Aminuddin itu makin
mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa belas kasihan, ia menyiksa
istrinya sejadi-jadinya.
Tak kuasa menerima perlakuan kejam
Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan tindakan suaminya kepada
polisi. Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan
sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.
Janda Mariamin akhirnya terpaksa
kembali ke Sipirok, kampong halamannya. Tidak lama kemudian, penderitaay yang
silih berganti menimpa wanita itu, sempurna sudah dengan kematiannya. “Azab dan
sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad yang kasar
itu.” (hlm. 163).
SINOPSIS NOVEL
SENGSARA MEMBAWA NIKMAT
Judul : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : 1929
Tebal Buku : 192 Halaman
Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti Kacak.
Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari ber¬hasil mengalahkan si jago Para tahanan.
Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka.
Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah.
Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang waktu itu tinggal di Bogor.
Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah.
Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama makin besar.
Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak di¬bayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk.
Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan. Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian diperkenalkan kepada orang tua Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun langsung diberinya pekerjaan. Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis.
Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun melamar Halimah. Dan mereka pun menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah.
Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia langsung ditu¬gaskan menumpas para penyeludup di Medan. Selama di Medan itu, Midun, bertemu dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung rnereka. Kacak menjadi gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah menggelap¬kan kas negara itu akan terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan jeleknya itu. Tidak, lama kemudian, memang Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu.
Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarga¬nya di kampung.
Analisis Instrinsik Novel Sengsara Membawa Nikmat
Tema : Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan
Tokoh dan Penokohan :
1. Midun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia sangat ditakuti dan disegani dikampungnya.
3. Kacak adalah seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia angkuh, kasar, serta suka berpoya-poya.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
5. Maun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama. Dia sahabat kental Midun.
6. Halimah adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
7. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Jakarta. Dia mempunyai hati yang baik.
8. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar kaya keturunan Arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
9. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni dengan jabatan sebagai Kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
10. Manjau adalah pemuda baik-baik, adik kandung Midun.
Alur : Maju
Latar : Latar tempat
a. Padang (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta
Sudut Pandang : Sudut pandang dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat yaitu sudut pandang orang ke tiga serba tahu.
Gaya Bahasa Penulisan : Dalam penulisan Novel Sengsara Membawa Nikmat pengarang lebih banyak menggunakan bahasa melayu yang tidak lain yakni bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau.
Amanat : - Bersabarlah dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang tanpa ujian atau cobaan, dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang datang pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu. Hawa nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini kerap kali menjerumuskan orang pada lembah kesengsaraan.
Kutipan-Kutipan Dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat
- Padamu kami harap jangan ada tabiat yang demikian. Hal itu semata-mata mencelakakan diri sendiri. Tidak ada yang selamat, binasa juga akhir kelaknya. Dari pada sahabat kenalan kita pun terjatuh pula. Contohnya ilmu padi, kian berisi kian runduk. Begitulah yang kami sukai dalam pergaulan bersama. Satupun ada faedahnya memegahkan diri, hendak memperlihatkan pandai begini, tahu begitu. Asal tidak akan merusakkan kesopanan diri, dalam percakapan atau tingkah laku, lebih baik merendah saja. Bukanlah hal itu menghabiskan waktu saja. Pergunakanlah waktu itu bagi yang mendatangkan keselamatan dan keuntungan dirimu.
- Berani, karena benar. Takut karena salah. Akuilah kesalahan itu, jika sebenarnya bersalah. Tetapi perlihatkan keberanian, akan menunjukkan kebenaran. Anak muda biasanya lekas naik darah. Hal itu seboleh-bolehnya ditahan. Dalam segala hal hendaklah berlaku sabar. Apalagi kalau ditimpa malapetaka, haruslah diterima dengan tulus ikhlas, tetapi bilamana perlu janganlah undur barang setapak jua pun.
- Begitu pulanya dengan hawa nafsu. Hawa nafsu itu tak ada batasnya. Dialah yang kerapkali menjerumuskan orang ke dalam lembah kesengsaraan. Jika tak pandai mengemudikan hawa nafsu, alamat badan akan binasa. Jika diturutkan hawa nafsu, mau ia sampai ke langit yang ke delapan–jika ada langit yang ke delapan. Oleh karena itu biasakan diri memandang ke bawah, jangan selalu ke atas. Hendaklah pandai-pandai memegang kendali hawa nafsu, supaya selamat diri hidup di dunia ini. Pikir itu pelita hati. Karena itu pekerjaan yang hendak dilakukan, pikirkan dalam-dalam, timbang dahulu baik buruknya.
- Lihat-lihat kawan seiiring, kata orang. Dalam pergaulan hidup hendaknya ingat-ingat. Jauhi segala percederaan. Bercampur dengan orang alim. Tak dapat tiada kita alim pula. Bergaul dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi ajar. Sebab itu pandai-pandai mencari sahabat kenalan. Jangan dengan sebarang orang saja berteman. Kerap kali sahabat itulah yang membinasakan kita. Daripada bersahabat dengan seribu orang bodoh, lebih baik bermusuh dengan seorang pandai.
- “Memang engkau musuhku, jahanam!” ujar Kacak dengan bengis.” Engkaulah yang menghasut orang benci kepadaku. Engkau hendak jadi raja di kampung ini, binatang!”
- Midun berkata, “Sabarlah Ibu, jangan menangis juga. Ini baru siksaan dunia yang hamba rasai, di akhirat nanti entah lebih daripada ini penanggungan kita. Bukankah tiap-tiap sesuatu itu telah takdir Tuhan, Ibu! Jadi apa yang terjadi halnya dengan mengumpat Tuhan jua.
- Bukankah sudah saya katakan, bahwa saya siap akan menolong Uni bilamana perlu. Jangankan ke tanah Jawa, ke laut api sekalipun saya turut.
- “Kenang-kenangan yang akan sampai, mimpi yang boleh terjadi, “ujar Midun tiba-tiba.” Susahnya yang sebagai Ponggok merindukan bulan. Badan loyang disangka emas.”
Kayu rukam jangan dikelam,
Kemuning tua dikerat-kerat.
Jika hitam, banyak yang hitam,
Yang kuning jua membawa larat.
- Rasakan hendak dijahitnya bibirnya, karena terdorong itu.
- Muka Halimah merah padam mendengar perkataan Midun yang amat dalam pengertiannya itu.
- Biar bagaimana pipit itu akan tinggal pipit jua. Mudah-mudahan yang di cita datang yang dimaksud sampai.
- Rupanya saya bagi ayah, buah hati pengarang jantung, timbangan nyawa, semangat badan.
- Hidup ini sebagai roda, Udo! Sekali naik, sekali turun, tiap-tiap kesenangan mesti ada kesusahan.
- Memang demikianlah kehendak Tuhan dan kemauan alam. Tidak boleh kita menyesali, karena sudah nasib sejak di rahim bunda kandung.
- Bukanlah perkataan yang lemah lembut itu anak kunci hati segala manusia.
- Midun kena sihir, tepat benar kenanya. Perjalanan darahnya sekonyong-konyong berubah. Hatinya kembang kempis, darah Midun berdebar, tetapi ia tidak dapat berkata-kata.
Pisang emas bawa belayar,
masak sebiji di atas peti.
Utang mas boleh dibayar,
utang budi dibawa mati.
Pulau Pandan jauh di tengah,
Di balik pulau Angsa Dua.
Hancur badan di kandung tanah,
Busi baik terkenang jua.
- Kiranya tidaklah demikian, bahkan bertambah pula dengan makan hati berulam jantung. Bermacam-macam penanggungan yang telah kita rasai, disebabkan untuk nasib kita yang celaka jua.
- Apa boleh buat. Halimah! Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak guna.
- Mulut bapak tirimu yang manis dan perbuatannya yang baik itu, rupanya berudang di balik batu.
- Mendengar perkataan itu janganlah hati senang, melainkan sebagai tercocok duri jantung saya.
- Saya berdiam diri saja seperti patung, mendengar kata-katanya itu.
- Mukanya merah, urat keningnya membengkak mendengar perkataan saya yang pedas itu.
- Kiranya saya pergi ke rumahnya itu masuk jerat semat-mata; dan tidaklah salah rasanya bila dikatakan, hal saya waktu itu adalah seperti lepas dari mulut harimau jatuh ke dalam mulut buaya.
- Rambutnya ikal sebagai awan berarak. Mukanya bulat bulan penuh. Matanya laksana bintang timur bersanding dua, dan hidungnya bagai dasun tunggal. Pipinya seperti pauh dilayang, bibirnya lamau seulas, mulutnya delima merekah.
- “Mudah-mudahan dapatlah sebagai yang Udo cita-citakan itu. Jika untung, ikan di laut asam digunung, lamun akan bertemu takkan dapat disangkal.
- Halimah pura-pura melayangkan pemandangannya ke laut lepas, melihat ombak tanjung cina yang segunung-gunung tingginya itu.
- Segala perasaannya pada Halimah, disimpannya dalam peti wasiat di sanubarinya.
- Mendengar perkataan Syekh Abdullah demikian itu, naiklah darah Midun.
- Ia mau terkurung selama hidupnya, asal jangan karena dia Halimah terserah kepada orang Arab mata keranjang itu
SENGSARA MEMBAWA NIKMAT
Judul : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : 1929
Tebal Buku : 192 Halaman
Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti Kacak.
Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari ber¬hasil mengalahkan si jago Para tahanan.
Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka.
Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah.
Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang waktu itu tinggal di Bogor.
Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah.
Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama makin besar.
Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak di¬bayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk.
Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan. Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian diperkenalkan kepada orang tua Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun langsung diberinya pekerjaan. Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis.
Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun melamar Halimah. Dan mereka pun menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah.
Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia langsung ditu¬gaskan menumpas para penyeludup di Medan. Selama di Medan itu, Midun, bertemu dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung rnereka. Kacak menjadi gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah menggelap¬kan kas negara itu akan terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan jeleknya itu. Tidak, lama kemudian, memang Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu.
Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarga¬nya di kampung.
Analisis Instrinsik Novel Sengsara Membawa Nikmat
Tema : Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan
Tokoh dan Penokohan :
1. Midun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia sangat ditakuti dan disegani dikampungnya.
3. Kacak adalah seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia angkuh, kasar, serta suka berpoya-poya.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
5. Maun adalah seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama. Dia sahabat kental Midun.
6. Halimah adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya. Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
7. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu dipenjara di Jakarta. Dia mempunyai hati yang baik.
8. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar kaya keturunan Arab. Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
9. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni dengan jabatan sebagai Kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
10. Manjau adalah pemuda baik-baik, adik kandung Midun.
Alur : Maju
Latar : Latar tempat
a. Padang (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta
Sudut Pandang : Sudut pandang dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat yaitu sudut pandang orang ke tiga serba tahu.
Gaya Bahasa Penulisan : Dalam penulisan Novel Sengsara Membawa Nikmat pengarang lebih banyak menggunakan bahasa melayu yang tidak lain yakni bahasa yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau.
Amanat : - Bersabarlah dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang tanpa ujian atau cobaan, dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang datang pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu. Hawa nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini kerap kali menjerumuskan orang pada lembah kesengsaraan.
Kutipan-Kutipan Dalam Novel Sengsara Membawa Nikmat
- Padamu kami harap jangan ada tabiat yang demikian. Hal itu semata-mata mencelakakan diri sendiri. Tidak ada yang selamat, binasa juga akhir kelaknya. Dari pada sahabat kenalan kita pun terjatuh pula. Contohnya ilmu padi, kian berisi kian runduk. Begitulah yang kami sukai dalam pergaulan bersama. Satupun ada faedahnya memegahkan diri, hendak memperlihatkan pandai begini, tahu begitu. Asal tidak akan merusakkan kesopanan diri, dalam percakapan atau tingkah laku, lebih baik merendah saja. Bukanlah hal itu menghabiskan waktu saja. Pergunakanlah waktu itu bagi yang mendatangkan keselamatan dan keuntungan dirimu.
- Berani, karena benar. Takut karena salah. Akuilah kesalahan itu, jika sebenarnya bersalah. Tetapi perlihatkan keberanian, akan menunjukkan kebenaran. Anak muda biasanya lekas naik darah. Hal itu seboleh-bolehnya ditahan. Dalam segala hal hendaklah berlaku sabar. Apalagi kalau ditimpa malapetaka, haruslah diterima dengan tulus ikhlas, tetapi bilamana perlu janganlah undur barang setapak jua pun.
- Begitu pulanya dengan hawa nafsu. Hawa nafsu itu tak ada batasnya. Dialah yang kerapkali menjerumuskan orang ke dalam lembah kesengsaraan. Jika tak pandai mengemudikan hawa nafsu, alamat badan akan binasa. Jika diturutkan hawa nafsu, mau ia sampai ke langit yang ke delapan–jika ada langit yang ke delapan. Oleh karena itu biasakan diri memandang ke bawah, jangan selalu ke atas. Hendaklah pandai-pandai memegang kendali hawa nafsu, supaya selamat diri hidup di dunia ini. Pikir itu pelita hati. Karena itu pekerjaan yang hendak dilakukan, pikirkan dalam-dalam, timbang dahulu baik buruknya.
- Lihat-lihat kawan seiiring, kata orang. Dalam pergaulan hidup hendaknya ingat-ingat. Jauhi segala percederaan. Bercampur dengan orang alim. Tak dapat tiada kita alim pula. Bergaul dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi ajar. Sebab itu pandai-pandai mencari sahabat kenalan. Jangan dengan sebarang orang saja berteman. Kerap kali sahabat itulah yang membinasakan kita. Daripada bersahabat dengan seribu orang bodoh, lebih baik bermusuh dengan seorang pandai.
- “Memang engkau musuhku, jahanam!” ujar Kacak dengan bengis.” Engkaulah yang menghasut orang benci kepadaku. Engkau hendak jadi raja di kampung ini, binatang!”
- Midun berkata, “Sabarlah Ibu, jangan menangis juga. Ini baru siksaan dunia yang hamba rasai, di akhirat nanti entah lebih daripada ini penanggungan kita. Bukankah tiap-tiap sesuatu itu telah takdir Tuhan, Ibu! Jadi apa yang terjadi halnya dengan mengumpat Tuhan jua.
- Bukankah sudah saya katakan, bahwa saya siap akan menolong Uni bilamana perlu. Jangankan ke tanah Jawa, ke laut api sekalipun saya turut.
- “Kenang-kenangan yang akan sampai, mimpi yang boleh terjadi, “ujar Midun tiba-tiba.” Susahnya yang sebagai Ponggok merindukan bulan. Badan loyang disangka emas.”
Kayu rukam jangan dikelam,
Kemuning tua dikerat-kerat.
Jika hitam, banyak yang hitam,
Yang kuning jua membawa larat.
- Rasakan hendak dijahitnya bibirnya, karena terdorong itu.
- Muka Halimah merah padam mendengar perkataan Midun yang amat dalam pengertiannya itu.
- Biar bagaimana pipit itu akan tinggal pipit jua. Mudah-mudahan yang di cita datang yang dimaksud sampai.
- Rupanya saya bagi ayah, buah hati pengarang jantung, timbangan nyawa, semangat badan.
- Hidup ini sebagai roda, Udo! Sekali naik, sekali turun, tiap-tiap kesenangan mesti ada kesusahan.
- Memang demikianlah kehendak Tuhan dan kemauan alam. Tidak boleh kita menyesali, karena sudah nasib sejak di rahim bunda kandung.
- Bukanlah perkataan yang lemah lembut itu anak kunci hati segala manusia.
- Midun kena sihir, tepat benar kenanya. Perjalanan darahnya sekonyong-konyong berubah. Hatinya kembang kempis, darah Midun berdebar, tetapi ia tidak dapat berkata-kata.
Pisang emas bawa belayar,
masak sebiji di atas peti.
Utang mas boleh dibayar,
utang budi dibawa mati.
Pulau Pandan jauh di tengah,
Di balik pulau Angsa Dua.
Hancur badan di kandung tanah,
Busi baik terkenang jua.
- Kiranya tidaklah demikian, bahkan bertambah pula dengan makan hati berulam jantung. Bermacam-macam penanggungan yang telah kita rasai, disebabkan untuk nasib kita yang celaka jua.
- Apa boleh buat. Halimah! Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak guna.
- Mulut bapak tirimu yang manis dan perbuatannya yang baik itu, rupanya berudang di balik batu.
- Mendengar perkataan itu janganlah hati senang, melainkan sebagai tercocok duri jantung saya.
- Saya berdiam diri saja seperti patung, mendengar kata-katanya itu.
- Mukanya merah, urat keningnya membengkak mendengar perkataan saya yang pedas itu.
- Kiranya saya pergi ke rumahnya itu masuk jerat semat-mata; dan tidaklah salah rasanya bila dikatakan, hal saya waktu itu adalah seperti lepas dari mulut harimau jatuh ke dalam mulut buaya.
- Rambutnya ikal sebagai awan berarak. Mukanya bulat bulan penuh. Matanya laksana bintang timur bersanding dua, dan hidungnya bagai dasun tunggal. Pipinya seperti pauh dilayang, bibirnya lamau seulas, mulutnya delima merekah.
- “Mudah-mudahan dapatlah sebagai yang Udo cita-citakan itu. Jika untung, ikan di laut asam digunung, lamun akan bertemu takkan dapat disangkal.
- Halimah pura-pura melayangkan pemandangannya ke laut lepas, melihat ombak tanjung cina yang segunung-gunung tingginya itu.
- Segala perasaannya pada Halimah, disimpannya dalam peti wasiat di sanubarinya.
- Mendengar perkataan Syekh Abdullah demikian itu, naiklah darah Midun.
- Ia mau terkurung selama hidupnya, asal jangan karena dia Halimah terserah kepada orang Arab mata keranjang itu
Tugas : ( kelompok 4 - 6 orang )
- Membaca novel asli / terjemahan
- Bertanya jawab, menemukan
masalah-masalah yang ada
- Menunjukkan keunggulan / kelemahan
dari novel
- Memberikan pendapat/kritik atau
saran yang logis
- Mengomentari / memberikan
komentar.
Dengan
maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman.
Berkat pinjaman uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju
pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan
dagang yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang
suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta
yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman.
Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan
sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut,
Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jelas, tentu saja Baginda Sulaiman
tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk Maringgih, sebab dia
sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan
hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti
Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran
Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat
hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti
Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa
kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari surat yang
dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu.
Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti
Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam
pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti
Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu beruntun. Dan,
kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk
mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu
liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus
hendak mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya
sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka.
Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda
gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya.
Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia
pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti
Nurbaya berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang
sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia
berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh
terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman langsung
melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya
oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng nama baik
keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya dan tinggal
bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan
penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya
menyusul kekasihnya ke Jakarta, namun di tengah perjalanan dia hampir meninggal
dunia, ia terjatuh ke laut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti
Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia
tidak jadi jatuh ke laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari
marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye menunggunya di daratan.
Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk
Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari
emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong
kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja,
bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia,
pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti
Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri
yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk
membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para pengacau itu rupanya
salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit antara
orang-orang Letnan Mas
(gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel
dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun
sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya.
Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di
rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia
meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf
atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah
mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk
Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan
memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal
dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di
kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu
dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan
kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan
bersama untuk selama-lamanya..
Laskar Pelangi
Cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itubaru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita
mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan,
perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir
ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang
dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai,
kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal,
sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari
rumahnya ke sekolah!
Mereka, Laskar Pelangi – nama yang
diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi – pun sempat
mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam
Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme
yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar
biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya
PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar
Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah
sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein
cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan
kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong
kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan
oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota
sepuluh Laskar Pelangi ini!
Penantian
Cinta Pertama - Resensi Novel Winter in Tokyo
Cover Novel Winter in Tokyo Terlepas
dari siapa penulis novel ini, yang jelas novel ini cukup bagus. Kali ini, Ilana
membawa pembaca ke Tokyo yang sedang bersalju dengan novelnya yang berjudul
Winter in Tokyo.
Novel ini berkisah tentang Ishida
Keiko, gadis campuran Indonesia-Jepang yang masih menunggu cinta pertamanya,seorang
anak SMP yang pernah membantu Keiko mencari kalungnya sewaktu dia masih SD. Di
saat seperti itu, Keiko kehadiran tetangga baru, Nishimura Kazuto namanya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga mereka bisa menjadi akrab. Kazuto
datang dari New York ke Tokyo untuk mencari suasana yang berbeda. Itulah
katanya. Tetapi menurut Keiko alasannya lebih dari itu. Tapi Keiko tidak ambil
pusing, karena Kazuto orangnya baik, menyenangkan, dan bisa diandalkan.
Perlahan-lahan, Keiko memandang Kazuto dengan cara berbeda dan rasanya sulit
membayangkan hidup tanpanya. Begitu
pula dengan Kazuto, sejak awal ia sudah merasa ada sesuatu yang menarik dari
Keiko. Segalanya terasa menyenangkan bila dia ada. Namun, dalam hati Keiko
masih ada seorang yang ditunggunya. Cinta pertamanya. Kazuto berharap
Keiko berhenti memikirkan orang itu dan mulai melihatnya. Karena menurut Kazuto,
hidup tanpa Keiko sama sekali bukan hidup.
Judul:
Totto chan” Gadis Cilik
di Jendela�
Penerbit: Gramedia Pustaka
Pengarang: Tetsuko Kuroyanagi
Tahun Terbit: 2003
Halaman: 272
Guru-guru di sekolah , menganggap Totto-chan nakal . Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar. Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan di kelas . Seperti memanggil para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut , hingga masalah laci Totto-chan yang selalu dibuka ratusan kali dan ditutup dengan cara dibanting.
Mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain tanpa memberitahu apa yang terjadi padanya . Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen . Totto-chan senang sekali , di sekolah itu para murid belajar didalam gerbong kereta sebagai pengganti ruang kelas . Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman seolah-olah sedang melakukan perjalanan naik kereta. Di sekolah Tomoe , para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai - Kepala sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa sesuatu dari laut dan sesuatu dari gunung�. Karena sekolah itu begitu unik, Totto-chan pun merasa kerasan
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan penistiwa yang tak terduga. Sampai sampai, ia juga anak lainnya tak menyadari bahwa Perang Pasifik sudah pecah – Sampai kemudian , perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa di kehidupan Totto - chan dan keluarganya – Setiap hari , para pria dan pemuda di sekitar tempat dikirim pergi untuk berperang. Hingga beberapa hari kemudian , Tomoe terbakar! Semuanya terjadi pada malam hari . Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas . Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar menghancurkan semuanya . Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya , tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu keinginannya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur.
Penerbit: Gramedia Pustaka
Pengarang: Tetsuko Kuroyanagi
Tahun Terbit: 2003
Halaman: 272
Guru-guru di sekolah , menganggap Totto-chan nakal . Padahal gadis cilik periang itu hanya memiliki keingin tahuan yang besar. Totto-chan pun dikeluarkan dari sekolah dengan alasan selalu membuat keributan di kelas . Seperti memanggil para pemusik jalanan yang langsung membuat para murid ribut , hingga masalah laci Totto-chan yang selalu dibuka ratusan kali dan ditutup dengan cara dibanting.
Mama tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain tanpa memberitahu apa yang terjadi padanya . Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen . Totto-chan senang sekali , di sekolah itu para murid belajar didalam gerbong kereta sebagai pengganti ruang kelas . Ia bisa belajar sambil melihat ke halaman seolah-olah sedang melakukan perjalanan naik kereta. Di sekolah Tomoe , para murid bebas memilih urutan pelajaran yang mereka sukai - Kepala sekolah juga menetapkan makan siang dengan membawa sesuatu dari laut dan sesuatu dari gunung�. Karena sekolah itu begitu unik, Totto-chan pun merasa kerasan
Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan dan penistiwa yang tak terduga. Sampai sampai, ia juga anak lainnya tak menyadari bahwa Perang Pasifik sudah pecah – Sampai kemudian , perang dan segala kengeriannya telah mulai terasa di kehidupan Totto - chan dan keluarganya – Setiap hari , para pria dan pemuda di sekitar tempat dikirim pergi untuk berperang. Hingga beberapa hari kemudian , Tomoe terbakar! Semuanya terjadi pada malam hari . Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas . Sekolah Tomoe sudah tak ada. Api berkobar menghancurkan semuanya . Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya , tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu keinginannya untuk menjadi guru di Tomoe telah hancur.
Di Sarang
Preman - Sinopsis Novel Ratu Preman
Cover
Ratu Preman Sebagai gadis remaja yang sedang tumbuh, cinta
adalah hal yang didambakan Aurora Estella. Mengimpikan romantisme cinta
membuatnya berada di awang-awang. Dia membayangkan akan dapat berdampingan
dengan sosok pemuda tampan, keren dan romantis. Namun kenyataan berbicara lain.
Yang naksirnya, kebanyakan adalah preman, pemalak, juga para pecundang seperti
Darwin.
Auro
sedikit lega ketika ada cowok keren bernama Edward dan Justin memasuki
kehidupannya. Saking nervous-nya, Auro sampai sakit perut, yang membawanya pada
kisah dengan Troy, kawan sekelasnya. Pak guru Randi yang meminta Troy Adrian
memapah Auro hingga ke ruang UKS untuk mendapatkan perawatan. Tentu saja teman
sekelasnya heboh. Apalagi Troy tanpa ragu dan dengan bermuka badak menyebut
‘’sayang’’ di depan seisi kelas.
Bukan
tak ada alasan Auro gusar pada kehadiran Troy. Lelaki ini sangat norak sehingga
membuatnya selalu ingin muntah. Tapi Troy tak pernah menyerah. Bagaimana dengan
Edward? Auro sangat terpikat padanya. Keren dan cool. Namun kenyataan
belakangan berkata lain. Ternyata Edward tak lebih baik dari semua lelaki yang
memasuki kehidupan Auro. Edward, yang berbeda sekolah ternyata hanya tampak
luar sebagai pria keren. Edward sama saja, raja preman di sekolahnya. Begitu
juga Justin. Empat pria yang memasuki kehidupan Auro tak ubahnya sebagai raja
preman yang memiliki cara hidupnya sendiri. Lalu apa reaksi Auro? Tentu dia
pusing. Apalagi Aura, saudaranya sering meledeknya sebagai ratu preman.
Kenyataannya, ia telah masuk ke sarang para preman.
Di
antara sekelumit kisah cintanya dengan empat pria, Auro terus menimbang-nimbang
siapa yang akan menjadi gebetannya. Atau apakah ia harus menolak semuanya dan
melepaskan diri dari dunia preman itu? Di tengah prahara cintanya yang lucu dan
unik, Auro terjebak pada petualangan yang menakutkan. Ia terjebak dalam
konspirasi membekuk gembong narkoba, dalam sebuah rencana yang membingungkan.
Ada rekan yang menjadi musuh, ada bahaya dalam cinta. Dalam kepanikannya, Auro
jadi mendalami hati dan cintanya. Dia jadi memahami, siapa sesungguhnya belahan
hatinya.
Novel
teenlit ini memang menyajikan petualangan kisah cinta remaja yang mengasyikkan.
Kisahnya cukup unik dan menarik. Alurnya cepat dan penuh kejutan. Ditulis
dengan gaya humoris yang memikat dan tidak membosankan oleh dua penulis yang
berbeda. Donna adalah penulis yang sudah biasa pada genre teenlit, bahkan sudah
melahirkan 15 novel. Sebaliknya Lexie baru memulai dengan Ratu Preman ini.
Namun kolaborasi keduanya cukup apik dan jadilah novel ini sebagai bacaan yang
cukup menarik.***
Rahasia
harta Karun
Pada suatu hari Anne (adik Julian)
dan George (saudara Julian) mendapat surat dari Julian. Mereka berdua sangat
senang sekali dan dengan cepat mereka membaca surat itu. Ternyata isi surat itu
berisi liburan yang akan didapat Julian dan Dick selama beberapa hari
bertepatan dengan akhir pekan yang panjang pada pertengahan semester. Anne dan
George pun segera menyiapkan seluruh bekal untuk perjalanan mereka selama 5
hari.
Hari keberangkatan tiba. Julian dan
Dick serta Anne, George, dan Timmy (anjing) berangkat namun dengan arah yang
berbeda. Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah kedai minuman. Setelah
semuanya berkumpul, mereka memesan sandwich sebanyak 64 sandwich untuk bekal
mereka. Pemilik took juga mengingatkan untuk berkati-hati karena di sini banyak
penjara.
Mereka berlima berangkat. Mereka
akhirnya sampai di Bukit Kelinci. Disana banyak sekali kelinci. Begitu pula di
Hutan Arnab. Timmy segera mengejar kelinci-kelinci itu. Namun sayang ia
terjebak di liang kelinci. Anne berusaha mengeluarkan Timmy. Setelah 30 menit,
Timmy bias dikeluarkan. Merekapun beristirahat dan menyantap makanan yang
mereka bawa.
Setelah selesai mereka berangkat
untuk melanjutkan ke Telaga Biru. Namun di tengah jalan kaki Timmy terkilir
akibat kejadian tadi. Julian dan George memutuskan ke Wisma Spiggi untuk
mengobati kaki Timmy. Sedangkan Anne dan Dick melanjutkan ke penginapan.
Anne dan Dick berangkat. Hari mulai
gelap dan hujan. Mereka hampir saja tersesat namun akhirnya mereka menemukan
sebuah rumah. Anne pun tinggal di rumah itu, namun Dick harus tinggal di
lumbung karena pemiliknya tidak mengijinkandua orang tinggal. Saat ia tidur di
lumbung, ada orang aneh dan misterius yang memanggil nama Dick. Dick
menghampirinya di balik jendela dengan menyembunyikan diri. Orang itu memberi
pesan aneh. Dick bingung dan tertidur kembali. Sesaat kemudian ada oarng yang
misterius dating ke dalam lumbung. Sepertinya orang itu sedang menunggu
sesuatu.Dick pun semakin menyembunyikan dirinya. Saat pagi tiba, orang itu
sudah tidak ada.
Dick segera kembali ke rumah itu,
namun anak pemilik rumah (Dirty Dick) segera mengusirnya. Dick lari dan
bersembunyi. Ia mencari cara untuk menyelamatkan Anne yang berada di loteng
rumah itu. Mereka pun berhasil pergi dari rumah itu. Dick dan Anne bertanya
kepada orang yang berpapasan di tengah jalan. Ternyata rumahitu bukan
penginapan Telaga Biru. Mereka segera pergi ke Tiga Gembala.
Sesampai disana mereka bertemu
dengan Julian, George, dan Timmy. Mereka berlima sarapan dan menceritakan
pengalaman mereka masing-masing. Mereka menebak orang yang memberi pesan kepada
Dick adalah narapidana yang kabur, karena semalam ada narapidana yang melarikan
diri. Mereka berencana untuk melapor ke kantor polisi di desa Reebles. Saat
mereka melapor ke sana, polisi disana tidak percaya mengenai laporan mereka dan
mengatakan bahwa napi itu sudah di tangkap. Mereka pun bertemu Meg (anak
perempuan) dan bersama-sama pergi ke rumah nenek Meg untuk makan. Setelah itu
mereka bertanya tentang daerah Dua Puhon. Nenek pun menjelaskan tentang daerah
itu. Mereka mencoba ke sana dan bertanya ke kantor pos sambil menyewa selimut.
Mereka pergi ke sana dan menginap di
sebuah kamar bawah tanah dari rumah yang telah terbakar. Saat pagi mereka
kembali berdiskusi mengenai masalah pesan itu. Mereka hampir memecahkan pesan
itu dan memutuskan untuk mencari Saucy Jane (kapal) yang diperkirakan
didalamnya terdapat harta.
Tanpa disangka Maggi dan Dirty Dick
dating dan mereka sempat adu mulut, namun Lima Sekawan berpura-pura sedang
melancong. Lima Sekawan memutuskan naik rakit untuk mencari harta itu dan
setelah berusaha keras mereka menemukannya. Namun Maggi dan Dirty Dick juga
pergi ke danau itu dan mereka adu mulut lagi. Akhirnya Maggi dan Dirty Dick
pergi. Lima Sekawan juga memutuskan untuk mengambil harta itu pada malam hari
saja.
Pada waktu malam hari mereka
berhasil mengambil harta itu dan mereka menunggu pagi untuk menyerahkan harta
itu ke kantor polisi namun bukan kantor polisi di desa Reebles.
Saat matahari muncul meeka segera
pergi. Namun mereka diketahui Maggi dan Dirty Dick bahwa mereka telah mengambil
harta itu. Dirty Dick segera mengejarnya, tetapi kaki Dirty Dick terjebak di
Lumpur. Begitu pula dengan Maggi. Setelah Lima Sekawan sampai di kantor polisi,
mereka menceritakan semuanya dan para polisi segera menangkap Dirty Dick serta
Maggi. Harta itu pun segera di kembalikan kepada pemiliknya yaitu Ratu
Fallensia.
Sahadat
cinta
Novel Sahadat Cinta ini dikarang
oleh Taufiqurrahman al-Azizy.
Jadi gini, novel ini menggunakan
sudut pandang pertama, jadi bagiku sendiri, itu udah nilai plus, coz bacanya
lebih nyaman, seakan-akan tokoh utamanya aku sendiri. Tokoh utama dalam novel ini
yaitu Iqbal Maulana. Ia merupakan anak konglomerat –duit bokapnya pasti
banyak-. Karena merasa telah memiliki semuanya maka iapun bisa bertingkah
dengan semaunya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Setiap malam ia pun
selalu ke diskotik, dimana ada penari striptis, ia pun berada disana.
Ibaratnya, semua kenakalan remaja sekarang ada padanya. Tapi cuma satu yang ia
nggak pernah lakukan, yaitu pacaran, apalagi ciuman.. wihh…
Oh ya, ia begitu kasar terhadap
semua orang. Hanya satu yang membuat hatinya luluh yakni ibunya sendiri. Bahkan
saat ibunya menyuruhnya untuk merawat tanaman anggreknya, ia pun menurutinya
–wah jagoan ternyata merawat bunga-. Kemudian ada kejadian yang membuat
hidupnya berubah.
Saat itu ia mengetahui bahwa
anggreknya layu, ia pun segera mencari pelaku yang telah membuat layu anggerk
tersebut. Semua tukang kebun, dan pembantunya pun dimarahi. Ia pun putus asa.
Ia marah dan pergi meninggalkan rumah.
Ia pun pulang dalam keadaan mabuk.
Ibunya pun mendekatinya namun iqbal mendorongnya sehingga ibunya jatuh dari
tangga. Ia pun tidak sadar dan tertidur di kamarnya. Paginya ia mengetahui
bahwa ibunya sakit.. wah iqbal panik. Ia pun merasa sangat menyesal.. ia pun
sadar akan kesalahannya. Ia pun teringat bahwa anggreknya layu karena memang seharusnya
sudah layu. Ya, semua makhluk pasti akan mengalami kematian.. saat itulah ia
berniat akan bertobat.
Itulah mukadimah dari nover ini…
ceritanya masih sangat panjang… novel ini memiliki tebal 520 halaman… lalu
kelanjutannya gmana? Sabar, tapi aku Cuma critain yang bagiku berkesan banget
oke…
Diapun ingin tobat, ibunya
menyarankan agar dirinya menjadi santri di pesantren blablabla –aku lupa
namanya- di daerah Solo.. nah slama dua bulan disana dia Cuma jadi pengangkut
air,, nggak sekalipun ia diajarkan ngaji. Waduh gmana nih, ngaji, solat, wudhu
blom bisa, kapan diajarinnya?. Dia pun berbicara dengan kyai sepuh, tapi ia
malah disuruh ngambil air lagi selama dua bulan kedepan.. dia pun mengikutinya.
Di dekat telaga –tempat biasa ia duduk sambil menikmati keindahan alam- ia
uring uringan sendiri.
Dan tiba-tiba ada gadis yang
memanggilnya. Ia pun kaget setengah mati. Mereka pun bertengkar sengit. Gadis
itu pun ia maki-maki habis-habisan. Dan akhirnya gadis itu menangis dan lari
dari hadapannya. Ia pun merasa menang. Huh Iqbal dilawan…
Dan ternyata apa?? Gadis itu adalah
putri kyai Subada –pemilik pesantren-. Ia pun kalang kabut. Akhirnya ia pun
pergi meninggalkan pesantren dan meninggalkan surat untuk gadis itu. Ia merasa
kini jadi pengecut sejati…
Ia pun tidak tahu harus pergi
kemana. Selama perjalanan ia banyak berkenalan dengan orang. Seperti Khaura
gadis SMA dan Pricillia gadis kristen. Ia pun berkenalan dan menolong seorang
pengemis (ibu jamillah). Nah disinalah ia mulai banyak belajar agama. Ia pun belajar
baca alguran dengan Irsyad (anak ibu jamilah). Padahal Irsyad masih SMA, tapi
ia tidak malu. Oh ya ia pun memborong buku agama di toko buku. Setiap hari ia
beli 10 judul buku dan ia baca semuanya. Ia pun banyak berdiskusi dengan
Pricillia tentang agama masing-masing, walaupun sebenarnya iqbal masih sangat
sedikit tahu tentang Islam.
Ia pun memutuskan untuk tinggal
bersama Irsyad di rumah reyotnya, padahal sebelumnya ia telah mencari hotel
mewah. Wah keren… Oh ya, tiba-tiba ia di tuduh sebagai pelaku teroris,, ia pun
ditangkap. Namun ia pun dibebaskan dengan jaminan dari ibu jamilah dan
Pricillia. Oh ya, ia pun terkenal karena semua surat kabar membritakannya.
Ia pun ditambah senang karena
setelah ia kembali ke rumah ibi jamilah, pricillia bersyahadat dan masuk Islam.
Setelah kurang lebih 14 hari
meninggalkan pesantren ia pun memutuskan untuk kembali dan meminta maaf kepada
aisyah (gadis yang ia maki-maki) karena memang ia telah berjanji akan kembali.
Kemudian ia pun meminta maaf
kepadanya.. wah masalah dengan aisyah beres, tapi bagaimana dengan kyai subadar
ayahnya, atau kyai sepuh? Ternyata mereka mencari iqbal untuk memastikan bahwa
yang diberitakan di media masa adalah santrinya…
Setelah mereka pulang, akhirnya
Iqbal pun meminta maaf kepada mereka. Oh ya sekembali nya iqbal ke pesantren,
kini ia telah bisa berwudhu, sholat, dan baca qur’an. Ia pun kini tidak merasa
rendah diri.Dan akhirnya dia pun jatuh hati kepada Zaenal, santriwati di
pesantren itu….
Nah inilah bagian yang bagi aku
cukup menyentuh:
Suatu saat rasa cintanya sudah tidak
terbendung, ia memutuskan nekad untuk menemui zaenal di asrama perempuan
–padahal nggak boleh- . Ia pun bertemu dengannya di halaman asrama. Ia
mengungkapkan isi hatinya.
Tiba-tiba ada suara “mas Iqbal..mas
Iqbal”. Terdengar ada suara gadis yang memanggilnya dari belakang. Dan
terdengar gedebuk. Ada suara orang yang terjatuh. Iqbal pun menengok ke
arahnya. Ternyata itu Pricillia, iqbal pun segera mendekatinya dan menyandarkan
tubuhnya di atas dadanya.
“Mas Iqbal… alhamdulillah… Ya Allah
Engkau telah mengijinkanku bertemu dengan mas Iqbal”. Air mata iqbal pun
bercucuran sebab wajah pricillia lebam, penuh luka, dan kebiru-biruan. Kedua
matanya bengkak dan goresan menganga di keningnya. Darahnya mengalir dari
goresan itu.
“zaenab, cepat ambilkan balsem”
perintah Iqball. Zaenab pun berlari ke asrama. Iqbal pun mengusapkan darah di
keningnya. Iqbal membaca Al fatihah berkali-kali dan berdoa kepada Allah untuk
membangunkan Pricillia dari pingsannya.
Akhirnya pricillia pun tersadar, dia
menangis. Tangisannya menyayat hati Iqbal. Diusapkannyalah darah yang mengalir
itu, seakan-akan darahnya sendiri yang mengalir. Darahnya mengalir seiringan
kucuran air mata Iqbal.
Kemudian Zaenal datang. Bersama
santri putra ia pun di teriaki :
“Usir Iqbal!!”
“Bunuh dia, darahnya halal untuk
dibunuH!”
Hal itu mereka teriaki karena
melihat Iqbal sedang memeluk Pricillia di halaman asrama perempuan. Iqbal pun
diseret, dipukuli dan dihajar habis-habisan. namun ia hanya tersenyum. Hanya
dua hal yang ia pikirkan yaitu keadaan Pricillia dan nasib cintanya pada
Zaenal.
Ia pun diadili. Ia di interograsi
kenapa ia bisa berada di asrama putri, kenapa ia pernah berduaan di belakang
pesantren bersama aisyah, dan kenapa ia menyandarkan tubuh pricillia ke dadanya.
Ia pun menjelaskan apa yang ia yakini benar dan tidak menyimpang dari Islam..
Karena perbedaan pendapat dengan pesantren ini ia pun diminta untuk pergi
meninggalkan pesantren. –kalo mau tahu pendapat-pendapatnya, baca novelnya,
okey-.
Yah, begitulah sedikit bagian dari
novel Syahadat Cinta ini. Cukup bagus, tapi jujur ajah, saya kurang suka dengan
covernya.. mungkin karena ada gambar laki-laki disitu?? Tapi kayaknya gambar
itu bukan iqbal, iqbal itu digambarkan sebagai pemuda yang tampan…. he-he…
Ok sekali lagi… baca novelnya,, bye…
Musafir
cinta
Melanjutkan novel Syahadat Cinta
pada trilogi Makrifat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy, Iqbal pun pergi
meninggalkan pesantren Tegal Jadin. Namun ia bingung harus pergi kemana. Tidak
mungkin apabila ia harus kembali ke Jakarta. Dan kemudian dengan berkata
Basmalah, ia pun melangkah pergi menjadi seorang musafir…
Ia pun
segera naik bis jurusan Solo-Purwokerto. Namun, ia tetap tidak tahu kemana
tujuannya itu. Di dalam bis, ia melihat seorang perempuan berjilbab. Dan
seorang pemuda pun duduk di sebelahnya. Tak lama kemudian pemuda dan perempuan
itu mulai berkenalan. Iqbal mendengarkan pembicaraan mereka karena memang
jaraknya sangat dekat. Dan tanpa disangka-sangka, mereka kian dekat, bahkan
sang perempuan pun menyandarkan kepalanya kepada sang pemuda itu, padahal
perempuan itu berjilbab. Mereka pun saling berpegangan dan semakin bermesraan.
Wah-wah udah mulai nggak bener nih…
Iqbal pun
teringat pada sebuah ayat AlQuran yang berbunyi:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang
baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang
mulia (surga). QS. An-Nur:26.
Ia pun
teringat akan Aisyah. Ia teringat akan tudingan para sahabatnya bahwa ia telah
berkhalawat dengan Aisyah, tudingan yang menjadi bagian hujjah yang
mengadilinya sehingga dirinya harus meninggalkan Tegal Jadin.
Seandainya mereka ada disini, ingin sekali Iqbal mengatakan kepada mereka
semua: inilah sejati-jatinya khalwat itu. Inilah khalwat itu. Ialah dua insan
laki-laki dan perempuan yang berasik-masyuk seperti kedua orang ini. Inilah
makna “berdua-duaan yang diharamkan” itu. Iqbal pun menangis.
Iqbal pun
berkenalan dengan seorang pemuda yang bernama Anton. Mereka akhirnya berdiskusi
tentang Islam. Ternyata agama Anton adalah Agama Cinta. Wah macem-macem ajah
nih.. namun di akhir diskusi, Iqbal merasa menang.
Dan
tiba-tiba bis pun mogok, mereka semua turun. Iqbal hanya diam saja. Sudah satu
jam ia sholat dan berdoa kepada Allah. Ia kembali teringat akan kesalahan besar
di masa lalunya. Anton pun menegurnya dan ia pun kagum terhadap Iqbal.
Mereka pun
menunggu bis lagi. Iqbal pun melihat segerombolan orang yang sedang menyanyikan
lagu-lagu religi. Namun mereka minum-minuman keras. Saat bis datang Iqbal
memutuskan untuk tetap disini dan berkenalan dengan gerombolan itu.
Setelah
berkenalan, firman meminta uang kepada Iqbal untuk membeli minuman. Parno
(sahabat firman) melarangnya. Akhirnya Iqbal akan memberi uang jika
digunakan untuk hal yang bermanfaat. Iqbal pun menawarkan ingin membelikan
mereka dua buah gitar agar nantinya bisa digunakan untuk ngamen. Ia pun
mengeluarkan uang lima ratus ribu dan memberikannya kepada mereka.
Terbelalaklah mereka sebab mereka tidak membayangkan Iqbal akan mengeluarkan
uang sebanyak itu. Kemudian iqbal pun merasa bahwa mereka mulai ada rasa
segan terhadapnya. Iqal pun di ajak istirahat ke rumah Firman.
Ternyata firman merupakan orang yang berkecukupan. Ia berubah menjadi “liar”
setelah adiknya diperkosa dan dibunuh. Sejak saat itulah rumah itu penuh
kemaksiatan. Ayah dan ibu Firman pun melihat Iqbal sedang sholat Subuh. Mereka
sangat senang melihat baru kali ini ada sahabat Firman yang paling aneh, yang
mendirikan sholat di rumah mereka. Mereka pun menganggap Iqbal adalah mukjizat
dari Allah untuk merubah kehidupan di rumah mereka. Mereka pun meminta Iqbal
untuk tinggal di rumah mereka. Iqbal menyetujuinya.
Selama Iqbal tinggal disana, Iqbal memutuskan untuk mengahafal Alquran. Iqbal
memutuskan harus mengahafal tujuh ayat perhari sehingga dalam tiga tahun ia
dapat menghafal Alquran.
Suatu hari
ia berseteru dengan Firman, tentu saja mengenai Islam. Dan Iqbal pun merasa
perkataan Firman ada benarnya. Gawatnya, Iqbal pun mulai ragu akan Islam,
dan mulai meninggalkan kewajibannya sebagai muslim. Ia pun bingung dan selalu
menangis. Suatu sore dan hujan terus mengguyur, ia pun pergi dan berlari untuk
mencari gereja. Ia pun masuk dan mengadu sebagaimana seorang kristen melakukan
pengakuan.
Kemudian
seorang pendeta bertanya padanya, “ada apa anakku?”.
Iqbal pun
meminta maaf karena telah mengunjungi Rumah Tuhan yang bukan Tuhannya. Iapun
mengatakan bahwa dirinya seorang muslim. Iqbal mengaku tidak sanggup
menemukan Tuhannya. Iqbal pun menceritakan masalahnya. Sang pendeta pun mencoba
membantu mencari Tuhan yang Iqbal cari.
Kemudian
yang tak disangka-sangka, sang pendeta mulai menasihati Iqbal. Sang pendeta
mengatakan bahwa Iqbal telah putus asa. Dan putus asa adalah jalan yang
terkutuk. Sang pendeta pun mencoba untuk meyakinkan Iqbal terhadap Allah,
Tuhannya. Ia pun menyuruh Iqbal untuk meminta ampunan kepada Allah. Iqbal pun
menangis. Iqbal tidak menyangka bahwa ada seorang pendeta yang sedemikian bijak
bestari, luas wawasannya, dan melintas-batas keyakinannya. Ia pun kembali
pulang dengan penuh semangat.
Esoknya,
Indri (kekasih Firman) datang ke rumah Firman. Iqbal yang menemuinya
(Orang tua firman tidak mau menemuinya). Iqbal pun menasihati Indri agar
kembali kepada Allah. Dan secara tidak langsung menasihati Indri agar Indri
menjaga kesuciannya. Indri pun menangis dan pergi dengan berlari. Wah, Iqbal
pun merasa bersalah tentang apa yang dikatakannya kepada Indri. Namun ia tetap
yakin bahwa yang dilakukannya demi kebaikan Indri.
Beberapa
hari kemudian, indri datang kembali dengan wajah cerah. Iqbal berharap indri
tidak terluka akan perkataannya sebelumnya. Indri pun mengajak Iqbal untuk
mencari Firman yang memang sudah beberapa hari tidak pulang sejak berseteru
dengan Iqbal. Setelah mencari dimana-mana, Iqbal merasa capek dan minta
istirahat. Saat mereka istirahat, indri merayunya. Saat itu pun Iqbal
memutuskan untuk pulang.
Sahabat-sahabat
Firman pun datang menemui Iqbal, mereka ternyata menemukan Firman. Mereka
menemukan Firman sedang rebahan di tempat imam mushala. Firman pun digelandang
seperti orang gila. Mereka pun menanyakan apa yang terjadi sebenarnya pada
firman l. Iqbal pun mengambil kesimpulan dan mengatakan bahwa firman sedang
mendekati Allah. Nah, inilah saatnya Iqbal mencoba mengingatkan mereka tentang
Allah. Dan ternyata mereka berniat kembali ke jalan Allah dan meninggalkan
kemaksiatan. Subhanaalah.
Dan masalah
pun kembali muncul. Ternyata Okta dan Indri bertengkar memperebutkan Iqbal.
Iqbal pun takut godaan setan berupa syahwatnya dan berdoa kepada Allah agar
lebih baik mengambil kedua matanya itu.
Suatu kejadian buruk pun terjadi. Saat iqbal berada di kamar Firman, Indri pun
datang dan masuk ke kamarnya. Indri pun merayunya dan mencoba memeluknya. Iqbal
menolaknya. Saat itulah Firman datang dan melihat mereka berdekatan seperti
itu. Firman marah dan menyuruh Iqbal pergi dari rumahnya. Firman pun menantang
Iqbal di Alun-alun. Firman pun pergi.
Saat itulah Iqbal mulai mengemasi barang-barangnya. Orang tua firman bingung
apa yang sedang terjadi. Iqbal pun segera mendatangi alun-alun. Ternyata disana
ada Firman dan sahabat-sahabatnya. Firman pun berkelahi dengan Iqbal di
hujannya malam. Dan saat Iqbal terjatuh, Firman menyiramkan semangkuk sambal
kemata Iqbal . Tinjuan bertubi-tubi pun menyebabkan Iqbal tidak sadarkan diri.
Akhirnya Iqbal pun tersadar, namun Astagfirullah al’adzim, matanya tidak bisa
dibuka. Kemudian sahabat-sahabatnya pun datang. Sahabatnya kini tahu
masalah yang terjadi. mereka pun membenci Firman atas kelakuannya, namun Iqbal
meminta agar mereka tidak membenci Firman.
Suatu hari, Parno pun memberi tahu bahwa yang terjadi pada firman. Firman
menyesali semua kesalahan di liang kubur dan mencoba bunuh diri. Iqbal pun segera
kabur dari rumah sakit dituntun oleh Parno. Di kuburan banyak orang berkumpul
termasuk para wartawan. Iqbal pun mencoba agar kembali kepada Allah dan
masih ada waktu untuk bertobat. Setelah sekian lama berdialog akhirnya firman
pun sadar dan sejurus kemudian terdengar gemuruh takbir.
Akhirnya kedua mata Iqbal sembuh. Ia pun membaca judul sebuah koran tentangnya:
IQBAL MAULANA TELAH SEMBUH KEDUA MATANYA. Iqbal pun mulai membimbing
sahabat-sahabatnya. Bahkan Iqbal membentuk sebuah kelompok bersama pengamen
lainnya yang bernama Ashabul Kahfi. Berita akan dirinya pun tersiar di berbagai
koran. Antara lain judul nya yakni MUSAFIR CINTA – SEBUAH PERJALANAN HATI
SEORANG IQBAL MAULANA. Ia pun selalu diwawancarai wartawan.
Ia pun kini telah hapal Alquran. Ia pun memutuskan untuk kembali ke pesantren
seperti janjinya kepada kyai sepuh untuk mempersunting seorang atau tiga gadis
yakni Zaenab, Pricillia, atau Khaura.
Ia pun diantar keluarga Firman dan para sahabatnya. Ia pun naik bersama
keluarga Firman, sedangkan sahabatnya naik sebuah minibus yang bertuliskan
ROMBONGAN ASHABUL KAHFI. Iqbal pun merasa sangat senang sekali dan grogi bahwa
setelah tiga tahun ini ia akan bertemu kekasihnya. Selamat tinggal Banjarnegara.
Selamat tinggal Kenangan. Semoga Allah SWT menjadikan Banjarnegara
sebagai kota yang indah dan diberkahi. Amin..
Begitulah perjalanan Iqbal dalam novel Musafir Cinta yang sebenarnya masih
banyak adegan seru yang tidak kuceritakan…. kalo mau versi lengkapnya beli
novelnya, Cuma Rp38.000 dengan tebal 330 halaman. Dan masih ada kelanjutannya
loh di di novel Makrifat Cinta (episode terakhir)…. okey….
-Ayat
ayat cinta adalah sebuah novel 411 halaman yang ditulis oleh seorang novelis
muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama Habiburrahman
El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali
ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan
yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah
ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami,
budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda.
Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa.Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem).
Mein Neim Ist Aisha
Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir. kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab'ah (membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.
Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Merteka bewrcerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah. Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi.
Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakn perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu kembali mrah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur'an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.
Maria, Gadis Koptik yang Aneh
Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua orang anak mereka - Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian, Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri.
Keluarga ini juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari.
Si Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang
Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hali inilah ang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis dimana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan.
Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri ke dalam penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan kesempatan untuk hidup di dunia fana ini.
Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam, khususnya buat para kawula muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa.Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang dan budaya; yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem).
Mein Neim Ist Aisha
Pada waktu itu, si pemuda yang bernama lengkap Fahri bin Abdullah Shiddiq, sedang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah, seorang Syaikh yang cukup tersohor di seantero Mesir. kepadanya Fahri belajar tentang qiraah Sab'ah (membaca Al-Qur'an dengan riwayat tujuh imam) dan ushul tafsir (ilmu tafsir paling pokok). Hal ini sudah biasa dilakukannya setiap dua kali seminggu, setiap hari Ahad/Minggu dan Rabu. Dia sama sekali tidak pernah melewatkannya walau suhu udara panas menyengat dan badai debu sekalipun. Karena baginya itu merupakan suatu kewajiban karena tidak semua orang bisa belajar pada Syaikh Utsman yang sangat selektif dalam memilih murid dan dia termasuk salah seorang yang beruntung.
Di dalam metro, Fahri tidak mendapatkan tempat untuk duduk, mau tidak mau dia harus berdiri sambil menunggu ada kursi yang kosong. Kemudian ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama Ashraf yang juga seorang Muslim. Merteka bewrcerita tentang banyak hal, termasuk tentang kebencian Ashraf kepada Amerika. Tak berapa lama kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah. Biasanya orang Mesir akan memberikan tempat duduknya apabila ada wanita yang tidak mendapatkan tempat duduk, namun kali ini tidak. Mungkin karena kebencian mereka yang teramat sangat kepada Amerika. Sampai pada suatu saat, ketika si nenek hendak duduk menggelosor di lantai, ada seorang perempuan bercadar putih bersih yang sebelumnya dipersilahkan Fahri untuk duduk di bangku kosong yang sebenarnya bisa didudukinya, memberikan kursinya untuk nenek tersebut dan meminta maaf atas pwerlakuan orang-orang Mesir lainnya. Disinilah awal perdebatan itu terjadi.
Orang-orang Mesir yang kebetulan mengerti bahasa Inggris merasa tersinggung dengan ucapan si gadis bercadar. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan dan makian kepada sang gadis, dan ia pun hanya bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakn perdebatan itu dengan menyuruh mereka membaca shalawat Nabi karena biasannya dengan shalawat Nabi, orang Mesir akan luluh kemarahannya dan ternyata berhasil. Lalu ia mencoba menjelaskan pada mereka bahwa yang dilakukan perempuan bercadar itu benar, dan umpatan-umpatan itu tidak layak untuk dilontarkan. Namun apa yang terjadi, orang-orang Mesir itu kembali mrah dan meminta Fahri untuk tidak ikut campur dan jangan sok alim karena juz Amma saja belumtentu ia hafal. Kemudian emosi mereka mereda ketika Ashraf yang juga ikut memaki perempuan bercadar itu, mengatakan bahwa Fahri adalah mahasiswa Al-Azhar dan hafal Al-Qur'an dan juga murid dari Syaikh Utsman yang terkenal itu. Lantas orang-orang Mesir itu meminta maaf pada fahri. Fahri kemudian menjelaskan bahwasanya mereka tidak seharusnya bertindak seperti itu karena ajaran Baginda Nabi tidak seperti itu. Lalu ia pun menjelaskan bagaimana seharusnya bersikap kepada tamu apalagi orang asing sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Mereka pun mengucapkan terima kasih pada fahri karena sudah megingatkan mereka. Sementara itu, si bule perempuan muda, Alicia, sedang mendengarkan penjelasan tentang apa yang terjadi dari si perempuan bercadar dengan bahasa Inggris yang fasih.Kemudian Alicia berterima kasih dan menyerahkan kartu namanya pada Fahri. Tak berapa lama kemudian metro berhenti dan perempuan bercadar itupun bersiap untuk turun. Sebelum turun ia mengucapkan terima kasih pada Fahri karena sudah menolongnya tadi. Akhirnya mereka pun berkenalan. Dan ternyata si gadis itu bukanlah orang Mesir melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir. Ia bernama Aisha.
Maria, Gadis Koptik yang Aneh
Di Mesir, Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi dan Misbah. Fahri sudah tujuh tahun hidup di Mesir. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, dimana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangkan yang lantai atas ditempati oleh sebuah keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed, dan dua orang anak mereka - Maria dan Yousef. Walau keyakinan dan aqidah mereka berbeda, namun antara keluarga Fahri (Fahri dkk) dan keluarga Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Di Mesir, bukanlah suatu keanehan apabila keluarga Kristen koptik dan keluarga Muslim dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat. Keluarga ini sangat akrab dengan Fahri terutama Maria. Maria adalah seorang gadis Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Kendati demikian, Fahri menyebutnya sebagai gadis koptik yang aneh, karena walaupun Maria itu seorang non-muslim ia mampu menghafal dua surah yang ada dalam Al-Quran dengan baik yang belum tentu seorang Muslim mampu melakukannya. Ia hafal surat Al-Maidah dan surah Maryam. Fahri juga baru mengetahuinya ketika mereka secara tak sengaja bertemu di metro. Seluruh anggota keluarga Boutros sangat baik kepada Fahri dkk. Bahkan ketika Fahri jatuh sakit pun keluarga ini jugalah yang membantu membawa ke rumah sakit dan merawatnya selain keempat orang teman Fahri. Apalagi Maria, dia sangat memperhatikan kesehatan Fahri.
Keluarga ini juga tidak segan-segan mengajak Fahri dkk untuk makan di restoran berbintang di tepi sungai Nil,kebanggaan kota Mesir, sebagai balasan atas kado yang mereka berikan. Pada waktu itu Madame Nahed berulang-tahun dan malam sebelumnya Fahri dkk memberikan kado untuknya hanya karena ingin menyenangkan hati beliau karena bagi Fahri menyenangkan hati orang lain adalah wajib hukumnya. Setelah makan malam, tuan dan nyonya Boutros ingin berdansa sejenak. Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Setelah tuan dan nyonya Boutros melangkah ke lantai dansa dan terhanyut dengan alunan musik yang syahdu, Maria pun memberanikan diri mengajak Fahri untuk berdansa, namun Fahri menolaknya dengan alasan Maria bukan mahramnya kemudian menjelaskannya dengan lebih detail. Begitulah Fahri, ia selalu berusaha untuk menjunjung tinggi ajaran agama yang dianutnya dan selalu menerapkannya dalm kehidupan sehari-hari.
Si Muka Dingin Bahadur dan Noura yang Malang
Selain bertetangga dengan keluarga Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur yang terkenal dengan julukan si Muka Dingin karena ia selalu berperangai kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang. Hali inilah ang membuat Noura dimusuhi keluarganya yang pada akhirnya membuat dirinya tercebur kedalam penderitaan yang amat sangat. Bahadur mempunyai watak yang keras dan bicaranya sangat kasar, Nouralah yang selalu menjadi sasaran kemarahannya. Dan kedua orang saudaranya yang juga tidak menyukai Noura mengambil kesempatan ini untuk ikut-ikutan memaki dirinya. Sampai tibalah pada suatu malam yang tragis dimana Bahadur menyeret Noura ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan.
Hal ini sudah sering terjadi, namun malam itu yang terparah. Tak ada satu orang pun yang berani menolong. Selain hari sudah larut, Bahadur juga dikenal amat kejam. Akhirnya, karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan Noura, Fahri pun meminta bantuan Maria melaui sms untuk menolong Noura. Awalnya Maria menolak karena tidak mau keluarganya terlibat dengan keluarga Bahadur. Namun setelah Fahri memohon agar Maria mau menolongnya demi kecintaan Maria terhadap Al-Masih, Maria akhirnya luluh juga. Jadilah malam itu Noura menginap di rumah keluarga Boutros. Malam ini jualah yang akhirnya menghantarkan Fahri ke dalam penderitaan yang amat sangat dan juga membuatnya hampir kehilangan kesempatan untuk hidup di dunia fana ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar