Naskah
Drama [MALIN KUNDANG] [9 Pemeran]
[ADEGAN 1 – Rumah Ibu Malin]
Narator : Di suatu desa hiduplah anak laki-laki
bersama dengan ibunya. Hidupnya sengsara dan miskin. Anak itu bernama Malin.
Malin sangat disayang ibunya karna sejak kecil, Malin sudah di tinggal mati
oleh ayahnya. Ketika Malin sudah tumbuh dewasa, ia mulai berpikir untuk merubah
kehidupan ekonomi keluarganya.
Ibu : Malin, datang ke sini nak. Bantu ibu membawa
kayu bakar ini.
Malin : Ya ibu, tunggu sebentar (Malin membantu
ibunya). Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan kondisi seperti ini? Aku
ingin merubah kehidupan ekonomi kita ini, Bu.
Ibu : Entahlah, ibu tidak tau Malin, kita harus
bersabar dan jangan berhenti berdoa kepada Tuhan.
Malin : Ibu, aku punya ide. Biarkan aku pergi untuk
mengubah nasib keluarga kita.
Ibu : Hah?! (terkejut). Pergi kemana Nak?
Malin : Tadi, ketika aku sedang dipasar, ada seorang
saudagar kaya yang menawariku pekerjaan. Dia berkata bahwa dia sudah
memperhatikanku sejak lama dan hatinya tergerak melihat diriku yang rajin
bekerja. Ia pun mengajakku untuk menjadi salah satu pekerjanya dan ikut
bersamanya ke pulau seberang.
Ibu : Apakah kau menerima tawaran itu Nak?
Malin : Iya bu, aku langsung menyetujuinya.
Ibu : Ibu pikir itu bukan ide yang baik anakku. Jika
kamu pergi, siapa yang akan menjagaku disini?
Malin : Sebenarnya, Malin juga tidak tega meninggalkan
ibu sendiri. Tapi, Malin tidak tahan dengan kondisi seperti ini. Malin berjanji
akan kembali dan menjadi orang yang sukses. Ibu tenang saja, aku akan berbicara
dengan Putri, supaya menengok Ibu setiap hari hingga aku kembali ke rumah.
Narator : Ibu Malin tidak bisa melarang apa yang di
inginkan Malin karena Malin sudah bertekad. Akhirnya, sang ibu setuju dengan
ide Malin.
Ibu : Baiklah, jika itu memang keinginanmu. Tapi, kamu
harus pegang janjimu untuk kembali ke
sini. (Malin mengangguk)
***
[ADEGAN 2 – Rumah Putri]
Narator : Malin pun pergi kerumah Putri untuk meminta
bantuan Putri agar menjaga ibunya selama dia merantau. Putri merupakan sahabat
Malin yang selalu bersamanya dalam suka maupun duka.
Putri : Mau kemana kamu, Malin?
Malin : Besok, aku akan pergi merantau.
Putri : Apa? (terkejut). Jika kamu pergi merantau,
siapa yang akan menjaga ibumu disini?
Malin : Karena itu, aku mendatangimu. Aku mau minta
tolong kepadamu untuk menjaga ibuku, tengoklah ia setiap hari hingga aku
kembali.
Putri : Oh, baiklah kalau begitu. Ingatlah pesanku jangan lupakan kita yang ada di sini,
Malin.
Malin : Iya.
***
[ADEGAN 3 – Pelabuhan]
Narator : Keesokan harinya, sesuai janjinya, Ibu Malin
mengantarkan anaknya ke pelabuhan.
Ibu : Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah
pulang,
Malin : Ya bu, doakan Malin supaya Malin mendapat
rejeki yang banyak.
Ibu : Iya, hati-hati di jalan.
***
[ADEGAN 4 – Kapal]
Narator : Malinpun memulai perantauannya. Ia pergi
berlayar bersama saudagar kaya. Saudagar itu memberikan Malin pekerjaan sebagai
karyawan. Saudagar tersebut mempunyai putri semata wayang yang bernama Risa.
Ketika Malin melihatnya, ia langsung jatuh hati. Risalah yang membuat Malin
untuk lebih semangat bekerja.
***
[ADEGAN 5 – Rumah Ibu Malin]
Narator : Di kampung halaman Malin, Ibu Malin sangat
gelisah dan khawatir dengan anaknya. Beliau takut jika Malin tidak pulang
kembali ke kampung halamannya dan melupakan sosok ibu yang melahirkannya.
Ibu : Putri.. aku rindu dengan Malin. Kira-kira
kapankah Malin kembali? Apa Malin baik-baik saja saat ini? Aku takut...
Putri : Jangan takut, Bu.. Malin pasti pulang, ia
telah berjanji. Sementara itu, biarkan aku yang menjaga Ibu.
Ibu : Ya, terima kasih Putri. Entah, apa jadinya aku
tanpamu.
Putri : Jangan terlalu di pikirkan Bu..
***
[ADEGAN 6 – Kapal]
Narator : Semakin hari, semakin gigih semangat Malin
untuk bekerja lebih giat. Sehingga pada suatu hari, Saudagar memanggil Malin.
Teman Malin : Lin, kamu di cari sama Kapten di
ruangannya.
Malin : Benarkah? Baiklah, terima kasih. (meninggalkan
temannya)
***
[ADEGAN 7 – Ruangan Saudagar Kaya]
Malin : (mengetuk pintu ruangan saudagar kaya)
Saudagar : Masuk..
Malin : Apakah anda memanggil saya?
Saudagar : Ya.. selamat Malin! Jabatanmu baru saja ku
naikkan! (tersenyum). Semoga kamu senang dengan jabatan barumu. Kamu bisa
melihat ruangan barumu.
Malin : terima kasih, ( nunduk kepala, meninggalkan
ruangan saudagar)
***
[ADEGAN 8 – Ruangan Malin]
(Malin masuk keruangan barunya, lalu duduk di kursi
barunya dengan kaki terlipat di atas-tangannya dilipat di depan dada, lalu
tersenyum sinis)
Malin : Sekarang aku kaya raya. Aku dapat membeli
semuanya dengan uangku. Karena itu, Risa pasti mau menikah denganku.
***
[ADEGAN 9 – Rumah Ibu Malin]
Narator : Semakin hari ibu Malin semakin merindukan
anaknya, membuatnya semakin lelah di usia tuanya. Namun, Putri selalu
memberikan dukungan untuk Ibu Malin, bahwa Malin baik-baik saja dan akan
kembali ke kampung halamannya.
Putri : Jangan sedih Bu...
Ibu : Aku lelah Putri.. Kita telah menunggu Malin
selama berbulan-bulan, tetapi tidak pernah mendapatkan kabar sedikitpun dari
Malin.
Putri : Percayalah bu, Malin pasti kembali dan menjadi
orang yang sukses.
Ibu : Terima kasih Putri, jika tidak ada kamu, aku
pasti kesepian.
Putri : (mengangguk, tersenyum)
***
[ADEGAN 10 – Rumah Malin]
Narator : Karena kerja keras, Malin berhasil menjadi
orang kaya. Sesuai dengan keinginannya, Malin menikahi Risa. Mereka hidup
bahagia, dan menjadi pasangan yang romantis.
(Risa masuk keruangan Malin-tanpa mengetuk pintu.
Berjalan menuju meja kerja Malin, lalu duduk di atas meja kerja Malin. Malin
duduk di kursi-berhadapan dengan Risa, Malin sedang sibuk dengan map yang
dipegang dan dibukanya)
Malin : (megang map, melihat-lihat isi map-sambil
melirik Risa.) Ada apa dengan muka mu? Hm?
Risa : Malin...
Malin : hm? (melihat Risa)
Risa : Aku bosan... Bagaimana kalau kita pergi
berlibur?
Malin : Sepertinya itu ide bagus. Bagaimana kalau
pergi ke Pulau Dua Bebek?
Risa : Wah, pulau itu sangat bagus, Aku setuju..
Malin : Baiklah, besok kita akan berangkat.
***
[ADEGAN 11 – Kampung halaman Malin]
Narator : Seperti janji Malin, Malin dan Risa berlayar
ke Pulau Dua Bebek. Dalam perjalanannya mereka singgah ke kampung halaman
Malin, untuk mengisi berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya, ia
hanya berjalan-jalan di sekitar dermaga saja. Ketika itu, Putri – sahabatnya,
melihat Malin dan Istrinya – Risa.
Putri : Malin? Apakah dia benar Malin? Ya, pasti itu
Malin. Aku harus mengatakan itu pada Ibu! (berlari menuju rumah Ibu Malin).
***
[ADEGAN 12 – Rumah Ibu Malin]
Narator: Putri berlari menuju rumah Ibu Malin.
Mengatakan bahwa Malin sudah kembali dan menjadi orang kaya.
Putri : Bu~ Ibuu...
Ibu : Yaa~ ada apa Putri?
Putri : Ibu, Malin telah kembali. Ia ada di pelabuhan
sekarang, dan menjadi orang kaya!
Ibu : Hah? Benarkah? Apakah benar yang kamu lihat itu
Malin?
Putri : (mengangguk) Ya, aku yakin Bu. Itu pasti
Malin.
Ibu : Ayo, kita ke pelabuhan sekarang!
***
[ADEGAN 13 – Dermaga]
(Putri mendampingi Ibu Malin untuk menemui Malin.
Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin melihat Malin, dan memanggil nama Malin
dari kejauhan, kemudian mendekati Malin)
Ibu : Malin... Malin anakku!
Risa : Siapa wanita tua itu, Malin? (kepalanya
terangkat, menunjukkan ‘wanita tua’ yang di maksud)
Malin : (Tak menjawab pertanyaan Risa, menatap Ibunya
dengan sinis)
Risa : Jawab aku Malin! Siapa wanita tua itu? (menatap
Ibu Malin dengan tatapan jijik)
Ibu : Siapa wanita ini Malin? Apakah ia istrimu?
Sungguh wanita yang cantik... (membuka tangan untuk memeluk Risa)
Risa: (menepis tangan Ibu Malin) Jangan sentuh aku!
Malin : Jangan menyentuhnya! Dasar wanita kotor!
Kulitmnu bisa mengotori kulitnya! (memegang dan menjauhkan tangan Ibunya secara
kasar)
Risa : Siapa wanita tua ini Malin? Ia sungguh sangat
kotor!
Malin : Aku tidak tau! Aku tidak mengenal wanita ini.
Ibu : Malin anakku.. ada apa denganmu, Nak? Apa salah
Ibu? Aku ini Ibumu. Ibu yang melahirkanmu. Kamu telah berjanji untuk kembai ke
kampung ini untuk menemuiku! Apa kau lupa dengan janjimu sendiri?
Malin : Ibu? Janji? Mengaku-ngaku saja kau! Aku tidak
pernah mengatakan janji apapun dan tidak pernah mengenalmu, wanita tua!
Ibu : MALIN!!! Aku ibumu! Ibu yang melahirkanmu!
Risa : Dengar yang di katakan Malin kan? Dia tidak
mengenalmu, jadi pergi saja kau wanita tua!
Ibu : Malin... Malin anakku!!
Putri : MALIN! Lupakah kamu dengan Ibumu? Lupakah kamu
dengan janjimu untuk kembali? Celakalah kau, Malin!
Malin : Aku tidak pernah membuat janji kepada kalian.
Kalian hanya menghabiskan waktuku saja. Pengawal, bawa dua wanita ini pergi
dari sini!
Pengawal : Baik Tuan.(Pengawal mendorong Putri dan Ibu
Malin hingga jatuh.)
Ibu : Malinn... Anakku!
Malin : Jangan panggil aku anakmu! Aku tidak mempunyai
ibu kotor sepertimu. Berhentilah membual! Ayo, kita pergi dari sini Risa!
Risa : Baiklah, ayo!
(Malin dan Risa pergi ke kapalnya.)
Ibu : Malin... Malin...
Ibu : Jika kau tidak menganggap ibumu, aku tidak akan
segan-segan mengutukmu Malin! Anak DURHAKA!
Malin: (Berbalik, menghadap ibunya) Silahkan saja, aku
tidak merasa kau ibuku!
Ibu : benar-benar anak durhaka! Kamu berani
menantangku? Jangan sampai kau menyesal sudah berbuat itu padaku!
Malin : Buktikan saja!
Ibu : MALIN. TERKUTUKLAH KAU MENJADI BATU!
Suara gaib : Oh Malin, anak durhaka. Permohonan Ibumu
kukabulkan. Tubuhmu akan mati rasa, dan berubah menjadi batu.
Narator : Di tengah siang yang panas, tiba-tiba
muncullah suara petir menggelegar, dan langit menjadi gelap
(Suara petir muncul)
Malin : aarrrggg!! (berbubah menjadi batu)
Narator : Malin pun berubah menjadi batu. Itulah
akibat dari anak yang tidak menghormati, tidak menuruti, dan tidak berbakti
kepada orang tuanya. Nah teman-teman, janganlah kita menjadi seperti Malin.
Hormatilah orang tua kalian selagi masih ada....
Semua pemain : Terimaaa kasihh~~~
LEGENDA DANAU TOBA
BABAK
1
Terdapatlah seorang pemuda miskin yatim piatu bernama Tuba. Tuba tinggal
seorang diri di sebelah utara Pulau Sumatera. Ia hidup dengan bertani dan
memancing ikan.
Pada suatu hari, ketika ia memancing, ia mendapatkan ikan tangkapan yang aneh.
Tuba yang kaget , lalu berseru dengan logat bataknya yang masih kental.
Tuba : “Wah, besar kali ikan ini bah! Cantik kali.”
Tuba lalu melepas pancingnya dan memegangi ikan itu. Namun saat tersentuh
tangannya, ikan itu berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Lalu,
Tuba pun terlibat perbincangan menegangkan dengan wanita sang jelmaan ikan.
Tuba: “Kau? Kau ikan yang tadi aku pancing?
Wah… cantiknya! Tapi, kamu tak mungkin seorang manusia biasa.
Beritahu aku siapa kamu sebenarnya!”
Putri ikan: “Aku adalah seekor ikan mas yang dikutuk olah para dewa karena
telah melanggar sebuah aturan. Dan jika tubuhku tersentuh oleh tangan, maka aku
akan berubah wujud menjadi sama seperti wujud makhluk apa yang telah
menyentuhku. Kearena aku telah kau sentuh, aku berubah menjadi sama seperti
kamu, manusia.”
Tuba: “Begitu rupanya nasib kau. Cantik-cantik tapi kena kutuk. Berarti kau tak
punya tempat tinggal kan?”
Putri ikan: (mengangguk sambil tersenyum)
Tuba: “Ya, kau ikut sajalah ke gubuk milikku, kebetulan aku tinggal sendirian.”
(sambil seraya menggandeng tangan putri ikan)
Putri ikan: (berjalan mengikuti Ucok)
Sejak saat itu, wanita itu pun tinggal bersama Tuba di gubuk milik Tuba. Tuba
terlihat sangat bahagia karena sang wanita ikan itu sudah sangat membantunya
dalam berbagai pekerjaan rumah
Hingga pada suatu hari Tuba berkeinginan untuk meminang sang Putri Ikan.
Tuba:
“Inang, maukah kau menjadi istriku? Aku merasa senang apabila kau ada disini,
dan aku akan lebih senang lagi bila kau mau menjadi istriku.”
Putri Ikan: (mengangguk) “Aku mau menjadi istrimu, bang. Tapi, aku mau abang
berjanji untuk tetap merahasiakan kepada siapapun bahwa aku adalah seekor
ikan.”
Tuba: “Gampang lah itu Inang. Akan aku jaga rahasiamu itu kepada siapapun.”
(tersenyum gembira)
Lalu merekapun menikah.
BABAK
2
Lima tahun berlalu sudah. Mereka dikaruniai seorang anak yang lucu dan lincah,
bernama Ucok.
Namun anak mereka selalu merasa lapar.
Walaupun sudah banyak makanan yang masuk ke dalam mulutnya, ia tak pernah
merasa kenyang.
Suatu hari, karena begitu laparnya ia menghabiskan semua maakanan yang ada di
meja,
termasuk jatah makanan kedua orang tuanya. Ayahnya pun pulang dari ladang.
Tuba: “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.”
(berharap)
Tuba: (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan dahi)
“Ucok!!!! Kau kemanakan semua makanan masakan Inang kau?”
Ucok: “Sudah Ucok habiskan lah, Amang. Lapar kali Ucok habis main di ladang”
Tuba: “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!” (geram)
Ucok
menangis, lalu berlari pergi menemui ibunya di ladang.
Putri ikan: “Mengapa kau menangis anakku?” (bingung melihat anaknya menangis)
Ucok: “Inang, benarkah aku ini adalah seorang anak ikan?”
Putri ikan: “Siapa yang bierkata padamu, Nak?” (terkejut)
Ucok: (diam sambil tersedu-sedu)
Putri ikan: “Jawab ibu, Nak!”
Ucok: “Amang yang berkata itu padaku, Inang. Amang bilang aku adalah seorang
anak ikan, makanya aku rakus. Benarkah itu Inang? Amang bohongkah Inang?”
Putri ikan: (diam dan mulai menitikkan air mata)
Ucok: “Jawab Ucok, Inang! Amang hanya berbohong kan, Inang?”
Putri Ikan: “Iii…ya Ucok, Amangmu itu benar sekali. Aku adalah anak ikan.
Inangmu ini adalah seekor ikan sebelum Inang menikah dengan Amang.”
Ucok yang mendengar jawaban dari ibunya, semakin menangis tersedu-sedu. Ia tak
mengira
bahwa selama ini dirinya adalah anak ikan.
BABAK 3
Jauh di rumahnya, Tuba baru tersadar bahwa ia sudah melanggar janjinya kepada
sang Putri Ikan.
Ia sangat menyesali perkataanya terhadap anaknya bahwa anaknya adalah anak
ikan.
Lalu, ia cepat-cepat bergegas pergi mencari anaknya ke ladang. Sesampainya di
ladang
Tuba: “Inang…..”
Putri Ikan: “Kau sudah melanggar janjimu kepadaku. Sekarang aku dan anakmu akan
pergi. Selamat tinggal.” (berdiri menatap ke langit)
Tuba: “Jangan Inang, maafkan aku. Aku memang salah, aku berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Namun, tolong Inang dan Ucok jangan pergi tinggalkan aku.
Aku sangat menyayangi Ucok dan Inang.”
Namun, semuanya sudah terlambat, sang Putri Ikan dan anaknya perlahan naik ke
atas langit dan
kemudian menghilang dari pandangan suaminya. Tuba pun berusaha memanggil istri
dan anaknya.
Tapi, istri dan anaknya tetap terbang menuju langit biru dan kemudian
menghilang.
Tuba: “Inang…………. Ucok………..” (berteriak)
Di tanah bekas pijakan istri dan
anaknya itu, tiba-tiba ada mata air yang menyembur.
Makin lama makin besar. Air itupun menenggelamkan Tuba yang tak peduli lagi
dengan apapun karena kehilangan istri dan anaknya. Lalu, air itu lama-lama
menjadi sebuah kumpulan air yang luas yang biasa disebut danau. Oleh rakyat
sekitar, danau ini disebut Danau Tuba yang namanya berasal dari nama laki-laki
yang tenggelam itu. Namun, karena rakyat sekitar sulit menyebut Tuba, maka nama
danau tersebut sekarang berubah menjadi Danau Toba..
Perjalanan Joko Tingkir
Nama
asli Joko Tingkir adalah Mas karebet yang
merupakan raja pertama kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ayahnya
yaitu Ki Ageng Pangging yang sering dikenal dengan sebutan Kebo Kenongo dihukum
mati oleh kerajaan demak, karena dituduh sebagai pemberontak dan ibunya yaitu
Nyai Ageng Pengging meninggal karena sakit.
Setelah
yatim piatu, Mas Karebet diasuh oleh Nyai Ageng Tingkir, dan di juluki Joko
Tingkir. Joko tinggir tumbuh menjadi pemudah yang gagah berani, dan sangat
menyukai bertapa. Joko Tingkir juga pernah berguru kepada sunan Kalijaga dan Ki
Ageng Sela.
Joko
Tingkir mengabdikan dirinya di kerajaan Demak atas saran dari Sunan Kalijaga.
Dia tinggal di rumah saudara dari Nyi Ageng Tingkir, yaitu perawat Masjid Agung
Demak dan berpangkat lurah ganjur, yaitu Kyai Gandasmustaka. Joko Tingkir pun
menjadi kepala prajurit Demak yang berpangkat lurah wiratama, karena dia pandai
menarik simpati Sultan Trenggono.
Pada
kemudian hari, Joko Tingkir bertugas menyeleksi Calon Prajurit yang akan
dimasukan ke dalam kelompok prajurit Joko Tingkir. Salah satu calon prajurit
itu adalah Dadungawuk. Daduk awuk adalah orang yang sombong dan sering
memamerkan kesaktiannya. Karena kesombongannya itu, Joko Tingkir berniat
menguji kesaktiannya dengan tusuk Konde. Tapi ternyata Dadungawuk tewas
seketika. Joko Tingkir dipecat oleh Sultan Trenggono dan diusir dari demak
karena kejadian itu.
Joko
Tingkir pergi dari demak dan berguru kepada sodara tua ayahnya, yaitu Ki Ageng
Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro. Setelah berguru dan merasa cukup menyerap
ilmu, bersama ketiga murid Ki Ageng Banyubiru yaitu Mas Manca, Mas Wila dan
Wragil kembali ke Demak. Dalam perjalanan menyeberangi sungai Kedung Srengenge
menggunakan rakit, mereka diserang siluman buaya, tapi siluman buaya dikalahkan
oleh murid-murid tersebut hingga siluman Buaya membantu mendorong rakit hingga
ke seberang.
Joko
Tingkir mencoba mencari simpati kepada Sultan Trenggono yang pada saat itu
sedang berwisata di Gunung Prawoto. Dia melepas seekor kerbau gila yang dinamai
Kebo Danu. Kebau tersebut mengamuk setelah diberi mantra oleh Joko Tingkir,
dengan memberi tanah kuburan di bagian telinga kerbau. Tidak ada yang mampu
menghentikan Kerbau teresebut.
Joko
Tingkir muncul dan menghadapi kerbau gila itu, dan dikalahkan dengan mudah.
Atas kejadian itu, diangkatlah kembali oleh Sultan Trenggono menjadi lurah
wiratama.
KISAH DONGENG TRAGEDI CINTA JOKO TINGKIR
Alih-alih memandikan bayinya yang baru lahir ke sebuah sungai (sesuai tradisi
yang berlaku dikeluarga mereka) Nyi Ageng Pengging didampingi mertuanya Nyi
Ageng Tingkir justru mengalami peristiwa tragis dan mengejutkan. Yakni melihat
Kebo Kenanga suaminya tercinta mati terbunuh.
Dalam marah dan panik, Nyi Ageng Pengging
coba mengejar para pembunuh namun gagal, Nyi Ageng Pengging malah terpeleset
jatuh ke sungai yang mengakibatkan Nyi Ageng Pengging mati seketika. Sementara
bayinya yang terlempar nyaris disantap oleh seekor buaya pemangsa, tetapi keburu
diselamatkan sepasang buaya putih setelah lebih dahulu bertarung menaklukkan
buaya pemangsa. Pasangan buaya putih tersebut kemudian membawa sang bayi ke goa
tempat mereka bersarang untuk dirawat dan dihidupi.
Dan terjadilah keajaiban itu. Memasuki usia lima tahun, secara mengejutkan
salah satu telur pasangan buaya yang belum juga menetes, sementara telur-telur
lainnya sudah lama menetas, tiba-tiba menetas sendiri dalam pelukan bocah Nyi
Ageng Pengging. Sempat tercengang melihat kelahiran bayi buaya, sang bocah yang
saat itu tengah kelaparan langsung menyantap air ketuban serta pecahan-pecahan
kulit telur bayi buaya tersebut.
Yang diluar dugaan justru memberikan
kekuatan fisik maha dasyat pada dirinya, diluar kekuatan manusia normal pada
umumnya. Oleh pasangan buaya putih, anak manusia yang mereka anggap anak
sendiri itu kemudian mereka berinama Jaka Tingkir. Sementara bayi mereka
sendiri yang baru lahir diberi nama Joko Tangkur. Dan dianggap saudara oleh
Jaka Tingkir.
Khasiat dari apa yang dimakan oleh Jaka
Tingkir terbukti lima tahun kemudian. Jaka Tingkir mampu menaklukan seekor
banteng liar yang nyaris menyeruduk dan menghabisi nyawa Ayu Pembayun, bocah
perempuan seorang konglomerat bernama Trenggono. Dan sekaligus juga
mempertemukan Jaka Tingkir dengan nenek kandungnya, yakni Nyi Ageng Tingkir.
Yang setelah melihat tanda lahir ditubuh
Jaka Tingkir langsung mengenali sang bocah sebagai cucunya yang hilang sepuluh
tahun silam. Jaka Tingkir pun kemudian tinggal bersama neneknya, sambil
sesekali diperbolehkan berkumpul dengan keluarga angkatnya, para buaya putih.
Lalu malapetaka itu pun terjadi. Untuk
menghormati kepahlawanan Jaka Tingkir yang menyelamatkan puteri tercintanya
dari amukan banteng, Trenggono mengundang Jaka Tingkir dan neneknya menghadiri
jamuan makan di puri kediaman Trenggono. Yang justru berbuntut mengejutkan. Nyi
Ageng Tingkir yang mengenali Trenggono sebagai salah seorang pembunuh ayah Jaka
Tingkir, langsung menyeret pulang cucunya lalu menceritakan siapa dan peristiwa
apa yang telah menimpa kedua orangtua kandungnya.
Yang menimbulkan kemarahan serta dendam
dalam diri Jaka Tingkir untuk membalas kematian kedua orang tuanya suatu hari
kelak. Niat serta kemarahan yang mau tidak mau menyebabkan Jaka Tingkir dan Ayu
Pembayun berpisah dan tidak mungkin lagi berhubungan satu sama lain, meskipun
mereka berdua diam - diam sudah saling jatuh hati pada pandang pertama.
Namun takfir berkehendak lain. Memasuki
usia dewasa, saudara buaya Jaka Tingkir yaitu Joko Tangkur ditangkap oleh
seorang pawang untuk dipersembahkan kepada Trenggono. Yang saat itu sangat
membutuhkan tangkur buaya putih untuk mempertahankan stamina tubuh serta
kharisma dirinya sebagai pengusaha sohor dan terhormat.
Hal mana membuat Jaka Tingkir marah besar
dan dalam usahanya menyelamatkan Joko Tangkur mau tak mau mempertemukan kembali
dengan Ayu Pembayun. Dan cinta lama yang sempat terbunuh, hidup dan bersemi
kembali. Bahkan Ayu Pembayun sampai nekat memutuskan pertunangannya dengan Kebo
Pamungkas, seorang pengusaha muda yang perusahaannya ikut menopang bahkan
kemudian melakukan merger dengan perusahaan Trenggono.
Pemutusan pertunangan tersebut tentu saja membuat Kebo
Pamungkas marah besar. Dan dalam kemarahannya, Kebo Pamungkas langsung
menampilkan wujud dirinya yang sesungguhnya, yakni sosok jin mengerikan. Yang
bangsanya pada masa dahulu telah digempur dan dimusnahkan leluhur Trenggono.
Dan setelah menunggu ratusan tahun, Kebo Pamungkas melakukan pendekatan usaha
sekaligus kekeluargaan dengan menikahi Ayu Pembayun demi mencapai sebuah tujuan
mengerikan yang sudah lama ia rancang. Membalas dendam atas kematian para
pendahulunya, sambil sekaligus melahirkan dan membangkitkan kembali bangsa jin
yang telah punah. Melalui rahim Ayu Pembayun.
Petaka itulah yang harus dihadapi dan
harus dituntaskan oleh Jaka Tingkir. Balas dendam atas kematian orangtuanya,
sekaligus menyelamatkan kekasihnya Ayu Pembayun dari angkara murka sang jin/
Teks Drama Aladin
Latar belakang Aladin, seorang anak dari seorang Ibu yang janda, hidupnya sangat
sederhana...
ketika itu dia sedang bermain kelereng dengan teman-temannya, tak lama
kemudian seorang laki-laki agak tua datang (jafar) memanggil Aladin dan
bekata
Jafar : “hey kamu!!” (sambil menujuk ke arah Aladin)
Aladin :” saya pak??” (sedikit kebingungan) “ke siapa sih??(tanya ke
teman-teman yang lain)
Jafar :”iya kamu, cepat kesini” Aladin menghampiri paman
tersebut
Jafar :” kamu anaknya pa. Musthofa ya?!!” tanya Jafar meyakinkan
Aladin :” iya, bapak benar, tapi ayah saya sudah meninggal beberapa tahun
yang lalu?!!” (terlihat agak sedih)
Jafar :” kau harus tau, bahwa aku ini adalah paman mu nak” (menepuk pundak
Aladin)
Aladin :” benarkan itu??” (tanya aladin kebingungan)
Jafar :” iya, aku Jafar Paman mu, sekarang aku akan membawa mu pergi ke
suatu tempat, dan aku akan mengubah hidup mu yang sengsara itu”
Lantas tanpa berfikir panjang Aladin mengikuti ke inginan yang di anggap
pamannya itu, mereka pergi sangat jauh daari tempat Aladin bermain tapi, mereka
pergi kesuah hutan yang sangat jauh dari pemukiman warga, sampai akhirnya
mereka tiba di sebuah Gua yang aneh, tak tampak seperti gua, tertutup rapat dan
terjaga.
Jafar :” bukalah !! bukalah!!” (sambil mengucapkan mantra)
Seketika hutan itu bergoyang, dan gua pun terbuka, sangat gelap di dalam,
namun terlihat sedikit cahaya gemerlap.
Jafar :” masuklah ke dalam gua dan ambillah sebuah lampu”
Aladin :” tidak paman, saya takut untuk masuk kedalam, saya tak berani”
(melangkah menjauhi sang paman)
Jafar :” baiklah kalau begitu, saya akan memberi mu, sebuah cincin yang
akan menolongmu ketika kau berada di gua, cincin ini akan melindungi mu”
(memberikan cincin dann memakaikannya di jari manis Aladin)
Dengan penuh ketakutan, aladin masuk kedalam gua, dia berjalan dengan
hati-hati, dan berjalan ke arah dia melihat cahaya gemerlap tapi. Disana ia
melihat banyak sekali emas, dan ia temukan lampu yang di maksud si Paman.
Jafar:” hai, Aladin cepat sini, cepat lemparkan lampu itu keluar !!” Aladin
merasa ingin memiliki lampu itu,
Aladin :” tidak!! Aku tidak akan melemparkannya, dan aku tidak akan
memberikan nya pada mu sebelum aku keluar dari gua ini”
Jafar :”Aaaarrgggg!!!!!!, anak sialan kamu!!” (marah besar)
Dengan kemarahannya itu jafar, pergi meninggalkan gua, dan mengurung aladin
di dalam nya
Aladin:” bagaimana cara ku agar ku bisa keluar dari sini??” (kebingungan)
“ada apa dengan lampu ini ya..
lampu ini indah, apakah harganya juga sangat tinggi??” (menggosok
lampu) Kemudian keluarlah jin dari lampu itu Jin:” hahahahahaha!! Ada yang bisa
saya bantu tuanku??” (tangan disilang di dada) Aladin ketakutan dan pergi
menjauh..
Aladin :” si..si..siapa..pa ka..ka..mu..”(mulut bergetar) Jin :”hamba ada
jin dari lampu ajaib tuan, hamba akan melakukan semua yang tuan
perintahnya”
Aladin :” baiklah kalau begitu, keluarkan saya dari gua ini jin” sambil
membawa beberapa emas dan lampu di karung nya,
aladin lekas pulang ke rumahnya dan menceritakan semua yang telah terjadi
ke pada ibu nya
aladin:” ibu, saya mendapatkan emas dan lampu emas ini di sebuah gua. Ini
bisa kita gunakankan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari bu”
ibu:” iya aladin, terima kasih ya nak”
kini rumah aladin tak lagi kumuh seperti dulu, semua kebuthannya terpenuhi
dan hidupnya bahagia, ketika itu sambil menikmati kebahagiannya itu, aladin
duduk diteras rumah, dan tak sengaja, aladin melihat seorang wanita cantik yang
berjalan anggun melewati pandangannya...
aladin:” alangkah cantik nya wanita itu”
terlihat wanita separuh baya memanggilkan dengan nama Yasmin. bergegas
aladin menemui ibunya.
Aladin:” bu..ibu.. saya ingin menikah bu” sambi menggoyang-goyangkan badan
sang ibu yang sudah tua itu
Ibu:” kau ingin menikah dengan siapa, wahai anakku??”
Aladin:” Yasmin, bu, nama nya Yasmin, seorang wanita cantik yang ku temui
tadi”
Setelah itu aladin pergi keseluruh penjuru desa untuk mencari tahu siapa
dan dimana Yasmin tinggal Yasmin adalah seorang putri yang tinggal di sebuah
kerajaan yang sangat megah Tak lama setelah mengetahui itu, Ibu aladin langsung
pergi ke istana untuk melamar putri, putri dan raja menerima lamarannya, dan
mereka ingin berkunjung ke rumah aladin Setelah pulang dari istana, kemudian
Ibu menggosok lampu ajaib, dan meminta kepada jin, untuk di buatkan
istana.
Ibu: “ jin, tolong buatkan aku istana yang mewah”
Jin:” apa pu yang kau perintahkan akan aku laksanakan”
Tak beberapa lama setelah itu jin pergi dan datang kembali sambil membawa
instana di punggungnya. Keesokan harinya, raja dan Yasmin datang ke istana
Aladin dan melangsungkan pernikahanan disana Ditempat lain, jafar memantau
keberadaan aladin, kini dia tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, ada
perasaan marah dan benci, dan jafar berniat untuk merebut kembali lampu ajaib
itu dari tangan aladin.
Jafar:” akan aku ambil kembali lampu itu, dan lihatlah apa yang akan tejagi
kemudian.. hahahahaha”
Kemudian jafar menyamar menjadi seorang penjual lampu..
Jafar:” lampu.. lampu.. lampunya bu.. lampu ini sangat indah dan akan
menghiasi rumah bak istana kerajaan”
Dari kejauhan datang seorang dayang kerajaan aladin, menghampiri tukang
lampu tersebut
Dayang:” indah sekali lampunya, namun aku tak punya cukup uang untuk
membelinya..”
Jafar:” tukarkan saja lampu usang di rumahmu, dan lampu indah ini akan
menjadi milikmu, dan kamu tak perlu menambahkan seperser uang lagi untuk
menggantinya”
Dayang:” baik lah kalau begitu.. paman jangan dulu pergi kemana-mana yaaa,
saya akan segera kembali “
Dayang pun lari menuju istana dan mencari lampu yang usang dan tak layak di
pakai uantuk di tukarkan ke seorang tukang lampu, tak sengaja dayang melihat
lampu ajaib milik aladin
Dayang:” lampu ini jelek sekali, kuno lagi, lebih baik saya tukarkan ke
tukang tadi agar tak merusak keindahan istana”
Sekembalinya dayang sambil membawa lampu di tangannya
Dayang:”paman ini lampunya, saya ingin menukarkan nya dengan sala satu
lampu indah milik paman”
Jafar:” silahkan ambil semua lampu-lampu ini, hahaha..”
Jafar pergi kegirangan dengan membawa lampu milik aladin Dayang:” gila tu
orang” (bergegas kembali ke istana) Di tempat lain. Jafar menggosok lampunya,
dan meminta satu permintaan
Jafar:” wahai jin.. patuhi perintah ku...”
Jin:” baiklah tuan.. apa yang bisa hamba bantu tuan”
Jafar:” pindah kan istana aladin dan seluruh isinya ke rumah ku!!”
Jin:” baiklah tuan” Seketika itu,
aladin hendak pulang ke istananya. Dan tak terlihat sesuatu apapun
disana,
Aladin:” kemana istana ku, istana ku hilang”
Aladin termenung tan tak sengaja iya mengelus-ngelus cincin yang penah
jafar merikan kepadanya dulu.. maka keluarlah jin dalam cincin nya
Jin2:”hahaha... ada yang bisa hamba bantu tuan??”
Sejenak aladin terkejut, lalu aladin meminta jin2 untuk mengambil kembali
istananya yang hilang itu
Jin2:” maafkan hamba tuan.. hamba tak mampu melakukan itu”
Aladin:” baiklah kalau begitu bawa aku ke istana ku sekarang”
Jin2:” siap tuan”
Lalu aladin bersama jin cincin pergi ke istana aladin yang hilang itu,
sesampainya disana, aladin mencari kamar Yasmin untuk menemui nya
Aladin:” wahai istriku akhirnya ku temukan kamu”
Yasmin:” iya aladin.. cepatlah segera ambil lampu itu di tangan
jafar, dia sedang di kamarnya tergeletak karena kebanyakan minum tadi
malam”
Aladin:” baiklah, aku akan segera kesana”
Aladin pergi meninggalkan yasmin dan mencari jafar, seketika itu aladin
melihat jafar tergeletak di lantai, dan aladin cepat mengambil lampu yang ada
di saku jafar, lalu aladin menggosok lampunya. Ketika jin keluar dari lampu,
jafar tebangun dari tidurnya. Maka terjadilah hantaman dari jafar kepada
aladin, namun jin, menghatam balik jafar, sampai akhirnya jafar tewas. Dan
istana aladin dan siisinya, kembali ketempat semula. Yasmin dan Aladin kemudian
hidup bahagia selamanya
pak boelh ijin untuk pakai naskah malin kundangnya untuk praktek anaknya temen di sekolah?
BalasHapus