Cerpen kls IX
Cinta belum
halan tak pantas untuk dimiliki
Sekolahan
masih sepi, hanya beberapa siswa saja yang sudah datang. Nurul, gadis berjilbab
anak kelas XII Sosial 3 melangkahkan kakinya menuju ruang kelas.
“Hemm.. Sepi belum ada orang”, batinnya sambil menaruh tas di atas salah satu meja terdepan.
“Assalamualaikum”, salam salah satu ikhwan temannya satu kelas. “walaikumsalam” jawab Nurul dengan tetap menundukkan pandangannya. Entah mengapa hati Nurul selalu berdesir kalau ada ikhwan itu, dirinya selalu gelisah sehingga secara tak sadar merubah air mukanya.
Ya ikhwan itu namanya Ilham, dia ketua rohis di sekolahannya, dia adalah pemimpin yang bijak, lembut, soleh, dan dia anak yang paling pandai di kelas Nurul, tak heran kalau dia menjadi incaran para akhwat. Karena rasa malu yang tertanam pada diri Nurul, Nurul pun menunggu temannya yang lain di luar kelas.
“nunggu siapa rul?” Sapa salah satu temannya yang datang.
“ya nunggu kamu lah na, belum ada teman di dalam”.
“itu ada ilham?”
“nggak sewajarnya kan aku berdua saja dengannya?”
“cieelah kamu itu jadi orang malu malu”
“itu pun lebih mulia!”
“tapi juga nggak harus terlalu begitu kale!! Haha”
“Hemm.. Sepi belum ada orang”, batinnya sambil menaruh tas di atas salah satu meja terdepan.
“Assalamualaikum”, salam salah satu ikhwan temannya satu kelas. “walaikumsalam” jawab Nurul dengan tetap menundukkan pandangannya. Entah mengapa hati Nurul selalu berdesir kalau ada ikhwan itu, dirinya selalu gelisah sehingga secara tak sadar merubah air mukanya.
Ya ikhwan itu namanya Ilham, dia ketua rohis di sekolahannya, dia adalah pemimpin yang bijak, lembut, soleh, dan dia anak yang paling pandai di kelas Nurul, tak heran kalau dia menjadi incaran para akhwat. Karena rasa malu yang tertanam pada diri Nurul, Nurul pun menunggu temannya yang lain di luar kelas.
“nunggu siapa rul?” Sapa salah satu temannya yang datang.
“ya nunggu kamu lah na, belum ada teman di dalam”.
“itu ada ilham?”
“nggak sewajarnya kan aku berdua saja dengannya?”
“cieelah kamu itu jadi orang malu malu”
“itu pun lebih mulia!”
“tapi juga nggak harus terlalu begitu kale!! Haha”
Bel
berbunyi, nurul dan nana pun masuk kelas, mereka mengikuti pelajaran seperti
biasanya dengan sungguh-sungguh, tahu kan ilmu itu begitu pentingnya untuk masa
depan.
Bel
pulang berbunyi, nurul tidak langsung bangkit dari tempat duduk, dia masih
merapikan buku dan membersihkan tempat belajarnya. Memang ini sudah
kebiasaannya kalau berangkat bersih pulang pun juga harus bersih. Tak disangka
dia hanya berdua saja di kelas bersama Ilham, tak lama kemudian Ilham pun
bangkit dari tempat duduk dan akan keluar kelas.
“aku duluan ya rul, Assalamualaikum.”
“iya, walaikumsalam.”
“aku duluan ya rul, Assalamualaikum.”
“iya, walaikumsalam.”
Tak
lama setelah itu, nurul pun selesai membersihkan tempat duduknya, dia segera
beranjak dan keluar kelas. Tapi langkahnya terhenti begitu melihat Ilham dan
Maya teman dari kelas sebelah sedang berbincang-bincang.
“May, ada yang ingin aku katakan kepadamu” terdengar Ilham memulai pembicaraan
“iya aku menyimak”
“aku sudah lama mengenalmu, dan aku yakin kamu adalah wanita yang baik, bolehkah aku mengenalmu lebih jauh?”
“maksudnya apa ya?”
“maukah kamu berta’aruf denganku, tak perlu lama-lama, aku hanya ingin mengenal lebih jauh”
…deg.. Jantung nurul seakan berhenti berdetak, dan rasa sakit tiba-tiba menyeruak dalam hatinya.
Ya Robb dosakah hambamu ini menyukai makhluk ciptaanmu itu..
“May, ada yang ingin aku katakan kepadamu” terdengar Ilham memulai pembicaraan
“iya aku menyimak”
“aku sudah lama mengenalmu, dan aku yakin kamu adalah wanita yang baik, bolehkah aku mengenalmu lebih jauh?”
“maksudnya apa ya?”
“maukah kamu berta’aruf denganku, tak perlu lama-lama, aku hanya ingin mengenal lebih jauh”
…deg.. Jantung nurul seakan berhenti berdetak, dan rasa sakit tiba-tiba menyeruak dalam hatinya.
Ya Robb dosakah hambamu ini menyukai makhluk ciptaanmu itu..
Merasa
tidak baik berlama-lama berdiri disitu nurul pun segera bergegas pulang, dia
tak ingin tau kelanjutan dari adegan tadi. Walau dadanya terasa sesak seakan
ada beban berat yang menimpanya, tapi nurul tak ingin menjadikan rasa cintanya
terhadap manusia melebihi rasa cintanya kepada sang pencipta.
dalam
sholat malamnya nurul selalu berdoa
Ya Robb jika dia telah Kau tetapkan sebagai imamku, lindungilah dia Ya Allah, dekatkanlah kami. Tapi jika dia bukan untukku jauhkanlah rasa ini, aku percaya Ya Robb rencanaMu lebih indah dari segalanya dan aku pernah membaca salah satu ayatmu bahwasanya “laki laki yang baik adalah untuk wanita wanita yang baik dan sebaliknya laki laki yang keji adalah untuk wanita wanita yang keji” aku percaya itu Ya Allah, karena aku tahu cinta yang belum ada ikatan adalah HARAM untuk dimiliki.
Ya Robb jika dia telah Kau tetapkan sebagai imamku, lindungilah dia Ya Allah, dekatkanlah kami. Tapi jika dia bukan untukku jauhkanlah rasa ini, aku percaya Ya Robb rencanaMu lebih indah dari segalanya dan aku pernah membaca salah satu ayatmu bahwasanya “laki laki yang baik adalah untuk wanita wanita yang baik dan sebaliknya laki laki yang keji adalah untuk wanita wanita yang keji” aku percaya itu Ya Allah, karena aku tahu cinta yang belum ada ikatan adalah HARAM untuk dimiliki.
Sekian
Cerpen
Karangan: Moeksa Dewi
Puisi Kantin dan persahabatan
Aku
adalah seorang pelajar sekolah menengah negeri. Aku bernama Reza Aditama, biasa
dipanggil Reza. Tempat tinggalku tidak terlalu jauh dari tempatku bersekolah.
Meskipun cukup dekat, aku jarang sekali berangkat pagi.
Jam
dinding menunjukkan pukul 06.40, aku pun berangkat ke sekolah. Dengan seragam
yang rapih dan wangi, aku berjalan dengan santai sekali.
“Hey, kamu sudah ulangan Matematika belum?”, tanyaku kepada Romi yang baru turun dari angkutan umum.
“Belum, nanti minggu depan. Memangnya kenapa?”
“Oh, ternyata belum. Padahal, aku ingin bertanya materi apa saja yang keluar,” aku merasa sedikit kecewa karena hari ini aku ada ulangan Matematika.
“Lalu, tugas membuat puisi bagaimana? Apa puisimu sudah dinilai?”, tanya Romi saat melewati pintu gerbang.
“Aduh, aku lupa! Hari ini dikumpulkan, tapi aku belum mengerjakannya,” sambil menuju ke kelasku dengan terburu-buru.
“Woy, mau kemana kamu?”, teriak Romi karena tiba-tiba aku meninggalkannya.
“Hey, kamu sudah ulangan Matematika belum?”, tanyaku kepada Romi yang baru turun dari angkutan umum.
“Belum, nanti minggu depan. Memangnya kenapa?”
“Oh, ternyata belum. Padahal, aku ingin bertanya materi apa saja yang keluar,” aku merasa sedikit kecewa karena hari ini aku ada ulangan Matematika.
“Lalu, tugas membuat puisi bagaimana? Apa puisimu sudah dinilai?”, tanya Romi saat melewati pintu gerbang.
“Aduh, aku lupa! Hari ini dikumpulkan, tapi aku belum mengerjakannya,” sambil menuju ke kelasku dengan terburu-buru.
“Woy, mau kemana kamu?”, teriak Romi karena tiba-tiba aku meninggalkannya.
Terlihat
sepi sekali di tempat teman-temanku biasa berkumpul. Ketika aku masuk ke kelas,
ternyata banyak juga yang belum selesai mengerjakan tugas itu.
“Za, tugas puisi sudah belum?” tanya salah seorang temanku.
“Belum, aku baru akan mengerjakannya,” sambil menyiapkan alat tulis.
Aku bingung harus menulis apa, teman-temanku yang lain sudah hampir selesai. Bel masuk sebentar lagi berbunyi, meskipun belum menulis apa-apa aku masih santai dan tenang, itulah sifatku.
Tiba-tiba, aku teringat ketika hendak menuju kelas, aku sempat menabrak seseorang dan hampir membuatnya jatuh. Untung saja aku segera memegang tangannya sebelum ia terjatuh. Wajahnya cantik sekali, kulitnya putih, dan saat aku meminta maaf kepadanya ia hanya tersenyum saja. Karena kejadian itu, aku mendapat inspirasi untuk membuat sebuah puisi. Dengan membayangkan wajah dan senyuman manisnya, aku menulis dengan lancar sekali.
“Za, tugas puisi sudah belum?” tanya salah seorang temanku.
“Belum, aku baru akan mengerjakannya,” sambil menyiapkan alat tulis.
Aku bingung harus menulis apa, teman-temanku yang lain sudah hampir selesai. Bel masuk sebentar lagi berbunyi, meskipun belum menulis apa-apa aku masih santai dan tenang, itulah sifatku.
Tiba-tiba, aku teringat ketika hendak menuju kelas, aku sempat menabrak seseorang dan hampir membuatnya jatuh. Untung saja aku segera memegang tangannya sebelum ia terjatuh. Wajahnya cantik sekali, kulitnya putih, dan saat aku meminta maaf kepadanya ia hanya tersenyum saja. Karena kejadian itu, aku mendapat inspirasi untuk membuat sebuah puisi. Dengan membayangkan wajah dan senyuman manisnya, aku menulis dengan lancar sekali.
Beberapa
saat kemudian, bel masuk pun berbunyi. Puisi singkat dalam waktu yang mendesak
pun telah ku selesaikan. Dari kejauhan aku melihat Bu Indri sedang menuju ke
kelasku, beliau adalah guru Bahasa Indonesia.
Setelah selesai membaca doa, Bu Indri menyuruh semuanya untuk mengumpulkan tugas puisi masing-masing ke depan.
Satu per satu teman-temanku mengumpulkannya, aku pun segera meletakkan buku tulisku di atas tumpukan itu. Beberapa menit kemudian, aku dipanggil ke depan.
“Puisimu bagus sekali, apakah puisi ini untuk seseorang?”, tanya Bu Indri sambil tersenyum.
“Oh, bukan, Bu.”, jawabku singkat sambil tersenyum kembali.
Sebenarnya puisi itu hanya ungkapan perasaanku saja, tetapi memang inspirasi puisiku itu berasal dari seseorang. Walaupun dibuat hanya dalam beberapa menit saja, namun aku mendapat nilai yang bagus.
Setelah selesai membaca doa, Bu Indri menyuruh semuanya untuk mengumpulkan tugas puisi masing-masing ke depan.
Satu per satu teman-temanku mengumpulkannya, aku pun segera meletakkan buku tulisku di atas tumpukan itu. Beberapa menit kemudian, aku dipanggil ke depan.
“Puisimu bagus sekali, apakah puisi ini untuk seseorang?”, tanya Bu Indri sambil tersenyum.
“Oh, bukan, Bu.”, jawabku singkat sambil tersenyum kembali.
Sebenarnya puisi itu hanya ungkapan perasaanku saja, tetapi memang inspirasi puisiku itu berasal dari seseorang. Walaupun dibuat hanya dalam beberapa menit saja, namun aku mendapat nilai yang bagus.
Saat
aku pergi ke kantin untuk membeli minuman kesukaanku, ternyata minuman itu
hanya tinggal satu. Aku pun hendak mengambilnya, tanpa sengaja aku memegang
tangan murid perempuan yang tidak sengaja ku tabrak tadi pagi karena ia juga
hendak mengambil minuman yang sama denganku.
“Eh, kamu yang tadi hampir jatuh, kan?”
“Iya, memangnya kenapa kamu tadi terburu-buru seperti itu?”, sambil tersenyum kepadaku.
“Hehe.. nggak, kok. Boleh kenalan, gak?”, aku bertanya dengan sedikit malu-malu.
“Boleh, namaku Linda. Nama kamu siapa?”
“Namaku Reza. Oh ya, minuman ini untuk kamu saja,” ku letakkan minuman itu di tangannya.
Walaupun awalnya sedikit ragu, tapi akhirnya Linda pun mau menerima minuman itu. Ia terlihat senang ketika hendak menuju ke kelasnya.
Hari ini aku bertemu dengannya dua kali secara tidak sengaja, namun kali ini aku tahu siapa dia, namanya Linda.
“Eh, kamu yang tadi hampir jatuh, kan?”
“Iya, memangnya kenapa kamu tadi terburu-buru seperti itu?”, sambil tersenyum kepadaku.
“Hehe.. nggak, kok. Boleh kenalan, gak?”, aku bertanya dengan sedikit malu-malu.
“Boleh, namaku Linda. Nama kamu siapa?”
“Namaku Reza. Oh ya, minuman ini untuk kamu saja,” ku letakkan minuman itu di tangannya.
Walaupun awalnya sedikit ragu, tapi akhirnya Linda pun mau menerima minuman itu. Ia terlihat senang ketika hendak menuju ke kelasnya.
Hari ini aku bertemu dengannya dua kali secara tidak sengaja, namun kali ini aku tahu siapa dia, namanya Linda.
“Rom,
tunggu dulu!”, teriakku sebelum Romi melewati pintu gerbang sekolah.
Romi pun menengok dan menungguku dekat pintu gerbang. Ia terlihat bingung karena biasanya kami jarang pulang bersama dan kali ini aku menyuruhnya untuk menungguku.
“Ada apa, nih?”, tanyanya heran.
“Nggak, aku cuma lagi seneng aja. Hehe..”
“Oh, aku tahu. Pasti karena Linda, kan?”, kata Romi dengan yakin.
“Kok, kamu tahu? Aku kan belum cerita?”, tanyaku kaget.
Setelah Romi menjelaskan, aku pun baru tahu kalau Linda adalah teman sekelasnya. Linda sudah bercerita kepada Romi bahwa aku dan dia sudah berkenalan di kantin pada waktu istirahat.
“Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku soal Linda?”, aku sedikit kesal.
“Ya soalnya kamu belum pernah bertanya, sih.. hehe..”
“Terus kamu punya no. HP dia, gak?”
“Nanti aku kirim saja lewat SMS!”, jawabnya singkat karena hendak naik angkutan umum.
Romi pun menengok dan menungguku dekat pintu gerbang. Ia terlihat bingung karena biasanya kami jarang pulang bersama dan kali ini aku menyuruhnya untuk menungguku.
“Ada apa, nih?”, tanyanya heran.
“Nggak, aku cuma lagi seneng aja. Hehe..”
“Oh, aku tahu. Pasti karena Linda, kan?”, kata Romi dengan yakin.
“Kok, kamu tahu? Aku kan belum cerita?”, tanyaku kaget.
Setelah Romi menjelaskan, aku pun baru tahu kalau Linda adalah teman sekelasnya. Linda sudah bercerita kepada Romi bahwa aku dan dia sudah berkenalan di kantin pada waktu istirahat.
“Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku soal Linda?”, aku sedikit kesal.
“Ya soalnya kamu belum pernah bertanya, sih.. hehe..”
“Terus kamu punya no. HP dia, gak?”
“Nanti aku kirim saja lewat SMS!”, jawabnya singkat karena hendak naik angkutan umum.
Sore
harinya aku baru mendapat SMS dari Romi. Di dalamnya berisi no. HP Linda, aku
segera menyimpannya dan berterima kasih kepada Romi.
Ingin sekali aku segera mengirim SMS kepada Linda, tetapi aku takut dia sedang sibuk atau tidak ingin diganggu. Saat aku masih bimbang, tiba-tiba Linda mengirim SMS kepadaku. Aku pun kaget mengapa ia bisa tahu no. HP milikku dan mengirim SMS untukku. Namun, aku juga senang sekali karena hal tersebut.
“Hey, kata Romi kamu minta no. HP aku, ya?”, saat aku baca SMS darinya.
“Iya, aku ingin lebih kenal sama kamu.. hehe..”, balasku kepada Linda.
Ingin sekali aku segera mengirim SMS kepada Linda, tetapi aku takut dia sedang sibuk atau tidak ingin diganggu. Saat aku masih bimbang, tiba-tiba Linda mengirim SMS kepadaku. Aku pun kaget mengapa ia bisa tahu no. HP milikku dan mengirim SMS untukku. Namun, aku juga senang sekali karena hal tersebut.
“Hey, kata Romi kamu minta no. HP aku, ya?”, saat aku baca SMS darinya.
“Iya, aku ingin lebih kenal sama kamu.. hehe..”, balasku kepada Linda.
Hampir
satu jam lamanya aku dan Linda saling mengirim SMS. Ternyata ia orangnya baik
dan mudah akrab, terlihat dari kata-katanya pada pesan singkat seperti yang
sudah kenal lama.
Setelah cukup banyak saling bertanya, tidak aku sangka bahwa aku dan dia ternyata banyak sekali kesamaan. Mulai dari makanan kesukaan masing-masing, acara televisi yang sedang ditonton, bahkan sampai warna baju yang sedang dipakai saat itu pun sama pula.
Linda mempunyai beberapa komik yang bagus dan cukup seru. Saat aku ingin meminjam salah satu dari komiknya, ia memintaku untuk membuatkannya sebuah puisi. Kebetulan sekali, sebelum mengenalnya aku telah membuat sebuah puisi yang terinspirasi olehnya, terutama senyumannya.
Setelah cukup banyak saling bertanya, tidak aku sangka bahwa aku dan dia ternyata banyak sekali kesamaan. Mulai dari makanan kesukaan masing-masing, acara televisi yang sedang ditonton, bahkan sampai warna baju yang sedang dipakai saat itu pun sama pula.
Linda mempunyai beberapa komik yang bagus dan cukup seru. Saat aku ingin meminjam salah satu dari komiknya, ia memintaku untuk membuatkannya sebuah puisi. Kebetulan sekali, sebelum mengenalnya aku telah membuat sebuah puisi yang terinspirasi olehnya, terutama senyumannya.
Pagi
ini aku mencoba berangkat lebih pagi dari biasanya. Saat aku melewati pertigaan
jalan, aku mendengar ada seseorang yang memanggilku.
“Hey, Reza! Tunggu aku!”, kata Linda tidak terlalu jauh di belakangku.
“Eh, kamu ternyata. Ini puisi yang aku janjikan,” sambil memberikan puisi yang telah aku salin itu dalam selembar kertas.
“Terima kasih, ya. Aku juga mau memberikan buku komik ini.”
“Terima kasih juga.”, dengan senang hati aku menerima buku itu.
“Nanti kita ngobrol di kantin, ya!”
Linda pun berjalan lebih dulu karena hari ini ia ada tugas piket di kelasnya.
“Hey, Reza! Tunggu aku!”, kata Linda tidak terlalu jauh di belakangku.
“Eh, kamu ternyata. Ini puisi yang aku janjikan,” sambil memberikan puisi yang telah aku salin itu dalam selembar kertas.
“Terima kasih, ya. Aku juga mau memberikan buku komik ini.”
“Terima kasih juga.”, dengan senang hati aku menerima buku itu.
“Nanti kita ngobrol di kantin, ya!”
Linda pun berjalan lebih dulu karena hari ini ia ada tugas piket di kelasnya.
Ketika
di kelas, aku tidak sabar menunggu waktu istirahat tiba. Aku merasa ada yang
aneh dengan perasaanku. Apakah aku sedang menyukai seseorang? Apakah aku suka
kepada Linda?, tanyaku sendiri di dalam hati.
Aku
pun sudah menunggu di kantin sekolah dengan gelisah. Aku berharap ia menyukai
puisi yang ku berikan kepadanya, tulisannya sudah ku buat dengan sedemikian
rupa sehingga terlihat bagus. Tidak lama kemudian, Linda pun duduk di
sampingku. Dia ternyata sangat menyukai puisi dariku, saat mengatakan itu ia
terlihat senang dan senyumnya yang manis pun muncul di bibirnya.
Beberapa
menit kami mengobrol, aku pun ingin jujur tentang perasaanku kepadanya,
meskipun belum lama kami saling mengenal.
“Mmmh.. sebenarnya aku, aku.. Aku suka sama kamu, Linda.”, dengan gugup aku bicara.
“Bernarkah? Aku juga sebenarnya sudah mulai menyukaimu, Reza. Kamu orangnya baik dan menyenangkan, selain itu kita juga punya banyak kesamaan.”
“Lalu, kita sekarang bagaimana?”, malu-malu aku menanyakannya.
Saat Linda mengatakan bahwa ia juga menyukaiku, jantungku berdegup kencang. Hatiku senang sekali dan merasa belum percaya dengan apa yang ku dengar.
Setelah terdiam beberapa saat, Linda pun menjawab.
“Aku rasa, kita berteman dulu saja. Lebih baik kita menjadi sahabat daripada langsung berpacaran, kita juga kan masih sekolah. Kamu tidak kecewa, kan?”
“Jika menurutmu lebih baik seperti itu, aku pun setuju saja. Aku juga senang kita masih bisa jadi sahabat, sahabat yang lebih dari sahabat,” meskipun ada rasa kecewa sedikit, aku merasa itu yang terbaik, aku pun tersenyum kepadanya.
Akhirnya, aku dan Linda menjadi sahabat yang dekat sekali. Berawal dari puisi, kantin sekolah, lalu menjadi sebuah persahabatan.
“Mmmh.. sebenarnya aku, aku.. Aku suka sama kamu, Linda.”, dengan gugup aku bicara.
“Bernarkah? Aku juga sebenarnya sudah mulai menyukaimu, Reza. Kamu orangnya baik dan menyenangkan, selain itu kita juga punya banyak kesamaan.”
“Lalu, kita sekarang bagaimana?”, malu-malu aku menanyakannya.
Saat Linda mengatakan bahwa ia juga menyukaiku, jantungku berdegup kencang. Hatiku senang sekali dan merasa belum percaya dengan apa yang ku dengar.
Setelah terdiam beberapa saat, Linda pun menjawab.
“Aku rasa, kita berteman dulu saja. Lebih baik kita menjadi sahabat daripada langsung berpacaran, kita juga kan masih sekolah. Kamu tidak kecewa, kan?”
“Jika menurutmu lebih baik seperti itu, aku pun setuju saja. Aku juga senang kita masih bisa jadi sahabat, sahabat yang lebih dari sahabat,” meskipun ada rasa kecewa sedikit, aku merasa itu yang terbaik, aku pun tersenyum kepadanya.
Akhirnya, aku dan Linda menjadi sahabat yang dekat sekali. Berawal dari puisi, kantin sekolah, lalu menjadi sebuah persahabatan.
Cerpen
Karangan: Aris Rizka Fauzi
Blog: arisfauzi34.blogspot.com
Blog: arisfauzi34.blogspot.com
Cinta tak hrs memiliki
Ima
dan Rafa sudah lama menjalin hubungan, bahkan mereka akan segera mengikatnya
dengan tali pernikahan. bahkan keluarga mereka sudah saling kenal satu sama
lain, namun secara tiba-tiba-tiba badai cinta menghantam kebahagiaan dua orang
insan yang saling mencintai itu. entah karena apa tiada angin tiada hujan, mama
Ima tidak menyetujui hubungan mereka.
Flashback
on
Pagi itu, udara begitu sejuk, matahari bersinar dengan terang menerangi bumi menghantarkan langkah kaki seorang pemuda tampan menuju rumah sang kekasih pujaan hatinya. Pemuda itu pun berhenti pula ketika Ia melihat kekasihnya menyapanya di ujung jalan.
“Rafa… kamu disitu aja..” ucap Ima kekasih Rafa sambil tersenyum lembut
“iya.. Im..” teriak Rafa pula.
Pagi itu, udara begitu sejuk, matahari bersinar dengan terang menerangi bumi menghantarkan langkah kaki seorang pemuda tampan menuju rumah sang kekasih pujaan hatinya. Pemuda itu pun berhenti pula ketika Ia melihat kekasihnya menyapanya di ujung jalan.
“Rafa… kamu disitu aja..” ucap Ima kekasih Rafa sambil tersenyum lembut
“iya.. Im..” teriak Rafa pula.
Di
Taman
Rafa dan Ima nampak bahagia siang itu, mereka main kejar-kejaran, main air di sungai dekat taman, bahkan Mereka menari ala India berdua disana.
“Im.. Aku seneng banget deh hari ini, karena aku.. bisa duduk berdua dengan kamu disini”. ucap Rafa sambil tiduran di taman.
“Aku juga ngerasa seneeeng banget karena hari ini kamu udah kasih hari-hari terindah dalam hidupku”.
“Im.. kamu tau nggak aku tuh nggak butuh siapapun untuk buat hatiku bahagia seperti sekarang ini, karena bagi aku sudah cukup dengan hanya melihat kamu tersenyum udah cukup buat aku bahagia, bahkan duduk dengan kamu di taman seindah ini merupakan kebahagiaan yang simple buat aku.” ucap Rafael sambil tersenyum menatap wajah kekasihnya.
Ima pun tersenyum begitu pula dengan Rafa, mereka pun tersenyum berdua dan terlihat sangat mesra.
Rafa dan Ima nampak bahagia siang itu, mereka main kejar-kejaran, main air di sungai dekat taman, bahkan Mereka menari ala India berdua disana.
“Im.. Aku seneng banget deh hari ini, karena aku.. bisa duduk berdua dengan kamu disini”. ucap Rafa sambil tiduran di taman.
“Aku juga ngerasa seneeeng banget karena hari ini kamu udah kasih hari-hari terindah dalam hidupku”.
“Im.. kamu tau nggak aku tuh nggak butuh siapapun untuk buat hatiku bahagia seperti sekarang ini, karena bagi aku sudah cukup dengan hanya melihat kamu tersenyum udah cukup buat aku bahagia, bahkan duduk dengan kamu di taman seindah ini merupakan kebahagiaan yang simple buat aku.” ucap Rafael sambil tersenyum menatap wajah kekasihnya.
Ima pun tersenyum begitu pula dengan Rafa, mereka pun tersenyum berdua dan terlihat sangat mesra.
Matahari
telah sampai tepat di atas kepala, rasanya panas banget, hal itupun juga
dirasakan oleh dua sejoli yang saling mencintai itu siapa lagi kalau bukan Ima
dan Rafa.
“Raf.. panas banget nih, aku haus banget lagi.” ucap Ima lirih
“ya udah kita pulang aja yuk.” ucap Rafa sambil menggandeng tangan Ima
“iya deh, tapi… kita beli Magnum dulu ya..”
“iya deh, ntar aku beliin buat kamu ya sayang..” ucap Rafa sambil mencubit pipi kekasihnya dengan cubitan sayang.
“makasih sayang baby charmingku…” ucap Ima
“Raf.. panas banget nih, aku haus banget lagi.” ucap Ima lirih
“ya udah kita pulang aja yuk.” ucap Rafa sambil menggandeng tangan Ima
“iya deh, tapi… kita beli Magnum dulu ya..”
“iya deh, ntar aku beliin buat kamu ya sayang..” ucap Rafa sambil mencubit pipi kekasihnya dengan cubitan sayang.
“makasih sayang baby charmingku…” ucap Ima
Mereka
pun berjalan beriringan menuju ke mobil, tepat di depan sebuah Toko mereka
berhenti namun hanya Rafa yang masuk ke toko itu. selang beberapa menit
kemudian Rafa sudah kembali dengan dua es Cream magnum gold di tangannya.
“sayang.. ini es cream favorit aku makasih ya sayang..” ucap Ima seraya mencium pipi kanan Rafa dengan mesra.
Rafa pun tersenyum bahagia lalu berucap.” iya sayang sama-sama, eh satunya dong..”
“iih.. udah ah malu tau…” ucap Ima sembari melangkah pergi.
“hey, aku kok ditinggalin sih, tungguin donk sayang.” ucap Rafa dengan sedikit berteriak.
“ya udah buruan dong sayang ini udah panas banget nih, mataharinya udah sampai kepala panas banget banget banget.” Ucap Ima yang sudah berada tepat depan mobil.
“sayang.. ini es cream favorit aku makasih ya sayang..” ucap Ima seraya mencium pipi kanan Rafa dengan mesra.
Rafa pun tersenyum bahagia lalu berucap.” iya sayang sama-sama, eh satunya dong..”
“iih.. udah ah malu tau…” ucap Ima sembari melangkah pergi.
“hey, aku kok ditinggalin sih, tungguin donk sayang.” ucap Rafa dengan sedikit berteriak.
“ya udah buruan dong sayang ini udah panas banget nih, mataharinya udah sampai kepala panas banget banget banget.” Ucap Ima yang sudah berada tepat depan mobil.
Setelah
itu mereka pun bergegas pulang kerumah masing, Rafa mengantarkan Ima ke
rumahnya terlebih dahulu.
Di
rumah Ima
“sayang.. aku masuk dulu ya.. eh kamu nggak masuk dulu yang..” ucap Ima setelah turun dari mobil
“iya deh sayang, aku mau laporan sama mama kamu kalau Aku udah berhasil bawa anaknya pulang ke rumah dengan selamat tanpa kurang satu apapun.” kata Rafa
“ya udah yuk masuk dulu, biar aku panggilin Mama.”
“okey sayang.. aku tunggu di luar aja ya..”
Ima pun berteriak memanggil mamanya, dan langsung berlari menuju dapur.
“Ma… mama…” teriak Ima
“iya.. kamu ngapain sih teriak-teriak begitu, kamu tau kan.. ini bukan di hutan.” ucap Mama Ima dengan nada agak kesal
“iih.. mama, marah-marah aja cepet tua tau, tuh ditungguin calon menantu mama di luar.” ucap Ima sambil memegang tangan mamanya
“siapa calon mantu mama.” kata mama Ima penasaran
“liat aja sendiri.” ucap Ima sambil menggandeng mamanya untuk menemui kekasihnya.
Wajah Ima terlihat berbeda mukanya merah seperti menahan marah.
“tan.. saya…”
“cukup, jangan lagi kamu berhubungan dengan anakku, sudah cukup sampai disini saja perjalanan cinta kalian, Ima akan aku jodohkan dengan anak teman bisnis papanya.” ucap Mama Ima dengan nada penuh dengan amarah.
Rafa dan Ima kaget bukan main, kebahagiaan mereka lenyap seketika, setelah mendengar ucapan mama Ima. ucapan mama Ima bagai petir di siang bolong. Wajah Ima yang awalnya cerah ceria kini berubah, air matanya mengalir deras di pipinya.
“mama.. mama kok bicaranya kasar banget sih, mama apa-apaan sih ma.. kemaren jelas-jelas mama ngerestuin hubungan Aku sama Rafa kenapa sekarang tiba-tiba mama bicara seperti ini… Ma.. jawab pertanyaan aku.” ucap Ima diisak tangisnya
“diam kamu Ima, pokoknya mama tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan laki-laki ini, dia anak seorang penjahat, Almarhum papanya telah membunuh papa kamu sayang.” ucap mama Ima masih dengan amarah yang tinggi.
Sekarang jelas sudah, mengapa mama Ima tidak merestui hubungannya dengan Rafa ternyata hal itu dikarenakan dendam sang mama kepada orang tua Rafa yang diduga telah membunuh papa nya Ima.
“apa tante, jadi Papa saya telah membunuh papanya Ima, apa itu semua bener tante.” ucap Rafa panasaran
“tentu saja benar, sudah cukup mulai detik ini kamu lupakan Ima karena saya akan segera menjodohkan Ima dengan orang yang lebih tepat dari pada sama kamu anak seorang pembunuh.” ucap mama Ima
“tapi ma.. kejadian itu kan sudah lama banget, mama jangan pisahin aku sama Rafa ma..” rengek Ima
“cukup ima. .masuk kamu, masuk mama bilang.” bentak mama Ima
“nggak ma aku nggak akan masuk sebelum mama merestui hubungan aku sama Rafa.” ucap Im.
“okey mama akan seret kamu.” ucap mama Ima sambil menyeret tangan Ima dengan paksa.
“mama… aku nggak mau, mama lepasin tangan aku, mama sakit.” teriak Ima tangan kanannya memegang tangan Rafa.
“cukup pegangan tangannya Ima.” ucap mama Ima
dooooor…# anggap suara
pintu rumah Ima ditutup dengan kasar oleh mama Ima, Rafa pun pulang kerumahnya dengan wajah penuh dengan kesedihan yang mendalam.
Flash back Off
“sayang.. aku masuk dulu ya.. eh kamu nggak masuk dulu yang..” ucap Ima setelah turun dari mobil
“iya deh sayang, aku mau laporan sama mama kamu kalau Aku udah berhasil bawa anaknya pulang ke rumah dengan selamat tanpa kurang satu apapun.” kata Rafa
“ya udah yuk masuk dulu, biar aku panggilin Mama.”
“okey sayang.. aku tunggu di luar aja ya..”
Ima pun berteriak memanggil mamanya, dan langsung berlari menuju dapur.
“Ma… mama…” teriak Ima
“iya.. kamu ngapain sih teriak-teriak begitu, kamu tau kan.. ini bukan di hutan.” ucap Mama Ima dengan nada agak kesal
“iih.. mama, marah-marah aja cepet tua tau, tuh ditungguin calon menantu mama di luar.” ucap Ima sambil memegang tangan mamanya
“siapa calon mantu mama.” kata mama Ima penasaran
“liat aja sendiri.” ucap Ima sambil menggandeng mamanya untuk menemui kekasihnya.
Wajah Ima terlihat berbeda mukanya merah seperti menahan marah.
“tan.. saya…”
“cukup, jangan lagi kamu berhubungan dengan anakku, sudah cukup sampai disini saja perjalanan cinta kalian, Ima akan aku jodohkan dengan anak teman bisnis papanya.” ucap Mama Ima dengan nada penuh dengan amarah.
Rafa dan Ima kaget bukan main, kebahagiaan mereka lenyap seketika, setelah mendengar ucapan mama Ima. ucapan mama Ima bagai petir di siang bolong. Wajah Ima yang awalnya cerah ceria kini berubah, air matanya mengalir deras di pipinya.
“mama.. mama kok bicaranya kasar banget sih, mama apa-apaan sih ma.. kemaren jelas-jelas mama ngerestuin hubungan Aku sama Rafa kenapa sekarang tiba-tiba mama bicara seperti ini… Ma.. jawab pertanyaan aku.” ucap Ima diisak tangisnya
“diam kamu Ima, pokoknya mama tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan laki-laki ini, dia anak seorang penjahat, Almarhum papanya telah membunuh papa kamu sayang.” ucap mama Ima masih dengan amarah yang tinggi.
Sekarang jelas sudah, mengapa mama Ima tidak merestui hubungannya dengan Rafa ternyata hal itu dikarenakan dendam sang mama kepada orang tua Rafa yang diduga telah membunuh papa nya Ima.
“apa tante, jadi Papa saya telah membunuh papanya Ima, apa itu semua bener tante.” ucap Rafa panasaran
“tentu saja benar, sudah cukup mulai detik ini kamu lupakan Ima karena saya akan segera menjodohkan Ima dengan orang yang lebih tepat dari pada sama kamu anak seorang pembunuh.” ucap mama Ima
“tapi ma.. kejadian itu kan sudah lama banget, mama jangan pisahin aku sama Rafa ma..” rengek Ima
“cukup ima. .masuk kamu, masuk mama bilang.” bentak mama Ima
“nggak ma aku nggak akan masuk sebelum mama merestui hubungan aku sama Rafa.” ucap Im.
“okey mama akan seret kamu.” ucap mama Ima sambil menyeret tangan Ima dengan paksa.
“mama… aku nggak mau, mama lepasin tangan aku, mama sakit.” teriak Ima tangan kanannya memegang tangan Rafa.
“cukup pegangan tangannya Ima.” ucap mama Ima
dooooor…# anggap suara
pintu rumah Ima ditutup dengan kasar oleh mama Ima, Rafa pun pulang kerumahnya dengan wajah penuh dengan kesedihan yang mendalam.
Flash back Off
Sejak
kejadian Itu, Rafa jadi sering melamun di kampus sikapnya menjadi begitu
tertutup bahkan kalau diajak bercanda dia malah suka marah.
Sementara itu, Ima juga merasakan hal yang sama, sedih, sepi dan ngga’ ada gairah hidup sama sekali. yang tersirat di matanya hanya kesedihan. sementara mamanya semakin memaksanya untuk menikah dengan anak pengusaha kaya yang belum tentu ia sukai.
Sementara itu, Ima juga merasakan hal yang sama, sedih, sepi dan ngga’ ada gairah hidup sama sekali. yang tersirat di matanya hanya kesedihan. sementara mamanya semakin memaksanya untuk menikah dengan anak pengusaha kaya yang belum tentu ia sukai.
Di
kamar Ima
#ceklak
Suara pintu kamar Ima dibuka dari luar, mamanya masuk membawakan segelas susu coklat hangat kesukaannya, dan juga gaun cantik berwarna biru muda.
“sayang.. ini susunya diminum dulu ya.. setelah itu kamu langsung mandi dan ganti baju kamu dengan gaun ini.” ucap mamanya sambil melatakkan susu coklat di atas meja rias Ima dan juga menaruh gaun itu di samping ima yang sedang duduk.
“maksud mama apa bawain aku gaun seperti itu ke hadapan aku, apa mama pikir aku akan memakai gaun itu, nggak akan ma…dan nggak akan pernah.” ucap ima dengan wajah kesal
“sayang.. ini gaun pemberian dari calon suami kamu, namanya Rangga dia ganteng, baik, sopan lagi..” ucap mama Ima
“terus mama pikir aku peduli, nggak ma aku ngga’ mau menikah dengan Rangga, titik.” ucap Ima kali ii dia bersungguh sungguh matanya melotot seperti orang kesurupan.
Tiba-tiba saja terdengar pintu diketuk dari luar, kiranya seorang tamu telah datang.
“usap air mata kamu itu, lalu cepet mandi, itu pasti Rangga yang datang.” ucap mama ima sambil keluar dari kamar Ima dan langsung menuju keruang tamu.
“eeh.. nak Rangga, bener kan dugaan tante kalau nak Rangga yang dateng.” ucap Mama Ima setelah membukakan pintu untuk Rangga
“iya tante, saya sengaja datang kesini karena saya mau mengajak Ima jalan-jalan tan.. imanya ada kan tante.” ucap Rangga sambil tersenyum manis
“ada dong.. nak Rangga, Ima kan sekarang ini jarang keluar rumah, ya sudah kamu tunggu di dalam aja yuk, tante panggilkan Ima dulu ya..”
“eh, nggak usah tante, saya tunggu disini saja.”
“ooh… gitu ya sudah kamu duduk dulu.”
#ceklak
Suara pintu kamar Ima dibuka dari luar, mamanya masuk membawakan segelas susu coklat hangat kesukaannya, dan juga gaun cantik berwarna biru muda.
“sayang.. ini susunya diminum dulu ya.. setelah itu kamu langsung mandi dan ganti baju kamu dengan gaun ini.” ucap mamanya sambil melatakkan susu coklat di atas meja rias Ima dan juga menaruh gaun itu di samping ima yang sedang duduk.
“maksud mama apa bawain aku gaun seperti itu ke hadapan aku, apa mama pikir aku akan memakai gaun itu, nggak akan ma…dan nggak akan pernah.” ucap ima dengan wajah kesal
“sayang.. ini gaun pemberian dari calon suami kamu, namanya Rangga dia ganteng, baik, sopan lagi..” ucap mama Ima
“terus mama pikir aku peduli, nggak ma aku ngga’ mau menikah dengan Rangga, titik.” ucap Ima kali ii dia bersungguh sungguh matanya melotot seperti orang kesurupan.
Tiba-tiba saja terdengar pintu diketuk dari luar, kiranya seorang tamu telah datang.
“usap air mata kamu itu, lalu cepet mandi, itu pasti Rangga yang datang.” ucap mama ima sambil keluar dari kamar Ima dan langsung menuju keruang tamu.
“eeh.. nak Rangga, bener kan dugaan tante kalau nak Rangga yang dateng.” ucap Mama Ima setelah membukakan pintu untuk Rangga
“iya tante, saya sengaja datang kesini karena saya mau mengajak Ima jalan-jalan tan.. imanya ada kan tante.” ucap Rangga sambil tersenyum manis
“ada dong.. nak Rangga, Ima kan sekarang ini jarang keluar rumah, ya sudah kamu tunggu di dalam aja yuk, tante panggilkan Ima dulu ya..”
“eh, nggak usah tante, saya tunggu disini saja.”
“ooh… gitu ya sudah kamu duduk dulu.”
Selang
beberapa waktu kemudian, Mama Ima keluar dengan menggandeng tangan Ima.
“senyum donk sayang, biar cantik.” ucap mama Ima seraya berbisik, sapa juga donk Im..” lanjutnya
“hay… aku Ima.” ucap Ima lembut
“hay juga.. aku Rangga, kamu cantik banget hari ini, dan sudah aku duka kamu pasti akan terlihat sangat cantik dengan gaun itu.” ucap Rangga
“iya, gaunnya bagus kok, sesuai banget dengan karakter aku, makasih.” ucap Ima dengan senyum yang berat dan sedikit tertekan
“ya sudah tan.. kita berangkat sekarang aja ya…” ucap rangga sembari mencium tangan mama Ima.
“owh.. iya nak rangga, hati hati ya..” ucap mama Ima
Rangga dan Ima pun berangkat jalan-jalan mereka mengendarai mobil sport berwarna putih, hal itu membuat Ima heran
“kamu suka banget ya.. pergi dengan mengendarai mobil seperti ini.” ucap Ima
“kenapa.. kamu ngerasa nggak nyaman ya..” kata rangga balik bertanya
“nggak.. buka begitu. maksud aku, Cuma aku heran aja, kamu kan kaya pasti banyak mobil kan.. ya… seenggaknya kamu pakai mobil yang lain lah jangan pakek mobil sport seperti ini.”
“aku baru kok pakai mobil sport, tadinya aku selalu bawa mobil kijang, tapi tadi sebelum berangkat aku disuruh mama pakai mobil ini begitu…” jelas Rangga
“owh..” lirih Ima
“senyum donk sayang, biar cantik.” ucap mama Ima seraya berbisik, sapa juga donk Im..” lanjutnya
“hay… aku Ima.” ucap Ima lembut
“hay juga.. aku Rangga, kamu cantik banget hari ini, dan sudah aku duka kamu pasti akan terlihat sangat cantik dengan gaun itu.” ucap Rangga
“iya, gaunnya bagus kok, sesuai banget dengan karakter aku, makasih.” ucap Ima dengan senyum yang berat dan sedikit tertekan
“ya sudah tan.. kita berangkat sekarang aja ya…” ucap rangga sembari mencium tangan mama Ima.
“owh.. iya nak rangga, hati hati ya..” ucap mama Ima
Rangga dan Ima pun berangkat jalan-jalan mereka mengendarai mobil sport berwarna putih, hal itu membuat Ima heran
“kamu suka banget ya.. pergi dengan mengendarai mobil seperti ini.” ucap Ima
“kenapa.. kamu ngerasa nggak nyaman ya..” kata rangga balik bertanya
“nggak.. buka begitu. maksud aku, Cuma aku heran aja, kamu kan kaya pasti banyak mobil kan.. ya… seenggaknya kamu pakai mobil yang lain lah jangan pakek mobil sport seperti ini.”
“aku baru kok pakai mobil sport, tadinya aku selalu bawa mobil kijang, tapi tadi sebelum berangkat aku disuruh mama pakai mobil ini begitu…” jelas Rangga
“owh..” lirih Ima
Di
kampus
“Raf… bengong aja, kenapa sih loe.” ucap dicky sahabat Rafa
“enggak.. gue nggak apa-apa kok, gue Cuma bingung aja sama hidup gue dan urusan percintaan gue.”
“ya elah, Raf.. Raf..gue kira soal apaan, ternyata masalah cewek, udahlah Raf.. lupain aja lah..cewek kayak gitu.” ucap dicky berusaha membantu Rafa tapi justru dia kena marah Rafa
“maksud loe apa, nyuruh gue buat melupakan Ima hah..”
“Raf.. tenang.. sabar dulu dong, gue kan Cuma bercanda, kenapa dimasukin ke hati sih.”
“diem loe.” ucap Rafa sambil beranjak pergi meninggalkan Dicky
“memang kalau orang lagi patah hati tuh kelakuannya suka aneh dan ribet.
“Raf… bengong aja, kenapa sih loe.” ucap dicky sahabat Rafa
“enggak.. gue nggak apa-apa kok, gue Cuma bingung aja sama hidup gue dan urusan percintaan gue.”
“ya elah, Raf.. Raf..gue kira soal apaan, ternyata masalah cewek, udahlah Raf.. lupain aja lah..cewek kayak gitu.” ucap dicky berusaha membantu Rafa tapi justru dia kena marah Rafa
“maksud loe apa, nyuruh gue buat melupakan Ima hah..”
“Raf.. tenang.. sabar dulu dong, gue kan Cuma bercanda, kenapa dimasukin ke hati sih.”
“diem loe.” ucap Rafa sambil beranjak pergi meninggalkan Dicky
“memang kalau orang lagi patah hati tuh kelakuannya suka aneh dan ribet.
Setahun
kemudian
Kisah cinta dua sejoli itu memang telah berakhir, Rafa dan Ima kini sudah tak saling bersama lagi, setelah hampir 5 tahun menjalani hubungan yang cukup serius, kini mereka harus berpisah. Rafa telah menikah dengan seorang gadis cantik bernama Kania sedangkan Ima dia telah menikah dengan Rangga pria pilihan ortu nya. setelah lama tiada kabarnya, kini takdir menemukan mereka kembali tepat ditaman tempat mereka dulu sering ketemu sekaligus tempat terakhir mereka bertemu.
Kisah cinta dua sejoli itu memang telah berakhir, Rafa dan Ima kini sudah tak saling bersama lagi, setelah hampir 5 tahun menjalani hubungan yang cukup serius, kini mereka harus berpisah. Rafa telah menikah dengan seorang gadis cantik bernama Kania sedangkan Ima dia telah menikah dengan Rangga pria pilihan ortu nya. setelah lama tiada kabarnya, kini takdir menemukan mereka kembali tepat ditaman tempat mereka dulu sering ketemu sekaligus tempat terakhir mereka bertemu.
Kala
itu, Ima sedang berjalan menuju rumahnya setelah selesai bkerja Ia menabrak
seorang pria tampan yang juga baru pulang dari kantornya, pria yang selama ini
mengisi relung hatinya, pria yang telah lama tak pernah ia temui.
“maaf, saya tidak sengaja apa mbak baik-baik saja.” ucap Rafa yang merasa bersalah karena menabrak Ima dengan sigap pula ia membantu membereskan barang-barang yang jatuh tercecer di bawah kakinya.
“nggak.. saya nggak apa-apa kok.” ucap Ima lirih
“maaf saya bener-bner nggak ngelihat tadi.” ucap Rafa yang masih saja membantu mengambil barang milik Ima yang terjatuh itu, namun tiba-tiba… tangan Ima dan Rafa berpegangan karena ingin mengambil secarik kertas milik Ima.
Mereka pun saling bertatapan, Ima kaget bukan kepalang, air matanya menetes deras.
“Rafa..” ucap Ima
“Ima..” ucap rafa dengan nada kaget
Mereka pun, akhirnya duduk di bangku taman yang sejak dulu menjadi tempat favorit mereka.
“aku nggak nyangka banget, ternyata kita masih bisa dipertemukan di taman ini lagi.” ucap Ima
“iya, taman indah penuh sejuta cinta melebihi kota Paris dan tamannya yang indah.” ucap Rafa
“iya.. kamu benar,”
“tapi.. itu kan dulu, sekarang taman ini hanya akan menjadi taman kebencian saja, yang menyisakan luka batin bagi pecinta yang lama berhubungan lantas kandas di tengah jalan.” ucap rafa. ucapan Rafa itu membuat Ima bersedih, bahkan air matanya mengalir dengan deras
“Raf… yang sudah berlalu.. biarlah berlalu, kini aku sudah punya keluarga bahagia, aku sudah punya Rangga suami aku yang baik hati.”
“iya, aku juga sudah menikah dengan gadis cantik dan baik hati, mungkin memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama, karena ….
“CINTA TAK HARUS MEMILIKI”. ucap Rafa dan Ima bersamaan.
Mereka pun saling memandang, kemudian mereka berpelukan lalu mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.
“maaf, saya tidak sengaja apa mbak baik-baik saja.” ucap Rafa yang merasa bersalah karena menabrak Ima dengan sigap pula ia membantu membereskan barang-barang yang jatuh tercecer di bawah kakinya.
“nggak.. saya nggak apa-apa kok.” ucap Ima lirih
“maaf saya bener-bner nggak ngelihat tadi.” ucap Rafa yang masih saja membantu mengambil barang milik Ima yang terjatuh itu, namun tiba-tiba… tangan Ima dan Rafa berpegangan karena ingin mengambil secarik kertas milik Ima.
Mereka pun saling bertatapan, Ima kaget bukan kepalang, air matanya menetes deras.
“Rafa..” ucap Ima
“Ima..” ucap rafa dengan nada kaget
Mereka pun, akhirnya duduk di bangku taman yang sejak dulu menjadi tempat favorit mereka.
“aku nggak nyangka banget, ternyata kita masih bisa dipertemukan di taman ini lagi.” ucap Ima
“iya, taman indah penuh sejuta cinta melebihi kota Paris dan tamannya yang indah.” ucap Rafa
“iya.. kamu benar,”
“tapi.. itu kan dulu, sekarang taman ini hanya akan menjadi taman kebencian saja, yang menyisakan luka batin bagi pecinta yang lama berhubungan lantas kandas di tengah jalan.” ucap rafa. ucapan Rafa itu membuat Ima bersedih, bahkan air matanya mengalir dengan deras
“Raf… yang sudah berlalu.. biarlah berlalu, kini aku sudah punya keluarga bahagia, aku sudah punya Rangga suami aku yang baik hati.”
“iya, aku juga sudah menikah dengan gadis cantik dan baik hati, mungkin memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama, karena ….
“CINTA TAK HARUS MEMILIKI”. ucap Rafa dan Ima bersamaan.
Mereka pun saling memandang, kemudian mereka berpelukan lalu mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar